... rakyat masih dalam keadaan miskin seperti sekarang, mereka tidak akan bisa bersaing di MEA...
Jakarta (ANTARA News) - Rachmawati Sukarnoputri, anak ketiga proklamator Indonesia Ir. Sukarno, menilai Indonesia belum siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan dimulai pada akhir 2015.

"Jika rakyat masih dalam keadaan miskin seperti sekarang, mereka tidak akan bisa bersaing di MEA," ujar Rachmawati setelah peluncuran kembali bukunya, Presiden Soekarno dan Presiden Kim Il Sung,  di Universitas Bung Karno, Jakarta, Jumat.

Menurut ketua Yayasan Pendidikan Bung Karno ini, posisi indonesia sudah kalah bahkan sebelum MEA itu dimulai.

"Indonesia punya sumber daya alam dan sumber daya manusia sendiri, tetapi kita diwajibkan ikut peraturan MEA. Ini namanya belum apa-apa Indonesia sudah kalah 1-0," tutur dia.

Karena itu, Rachmawati melanjutkan, Indonesia tidak perlu ikut dalam MEA yang memaksa Ibu Pertiwi ikut dalam persaingan pasar bebas. Yang perlu saat ini adalah Indonesia harus kembali ke UUD 1945 awal.

"Yang penting adalah, Indonesia harus kembali ke UUD 1945 sebelum amandemen. Setelah itu kita harus membangun negara sesuai Trisakti Bung Karno, berdasarkan pemikiran Sukarno tentang pembangunan semesta dan sesuai dengan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945," katanya.

Ajaran Trisakti, yang dicetuskan Bung Karno pada 1963, meliputi berdaulat politik, berkepribadian dalam kebudayaan, dan berdikari di bidang ekonomi.

Namun, Rachmawati mengatakan, konsep pemikiran itu sulit dijalankan pada masa sekarang, di mana Indonesia sudah dikelilingi paham neo-liberalisme yang dahulu justru ditentang Bung Karno.

"Saat ini tidak satupun dari ajaran Bung Karno yang diterapkan Indonesia. Bung Karno dan Trisakti hanya dijadikan slogan untuk menarik perhatian rakyat dalam Pemilu," ujar dia.

Sebagai informasi, MEA akan dimulai pada akhir 2015. MEA tidak hanya membuka arus perdagangan barang atau jasa, tetapi juga pasar tenaga kerja profesional, di antaranya dokter, pengacara, akuntan, insinyur, pegawai bank, awak udara, dan lain-lain.

Sementara itu peluncuran kembali buku Rachmawati berjudul Presiden Soekarno dan Presiden Kim Il Sung, yang awalnya terbit pada 2012, di antaranya dihadiri Duta Besar Korea Utara untuk Indonesia, Ri Jong Ryul. 

Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015