New York (ANTARA News) - Sekjen PBB Kofi Annan mengakui bahwa masa terberatnya selama 10 tahun menduduki jabatan tersebut adalah kegagalan PBB mencegah pecahnya perang Irak, menyusul invasi AS dan sekutunya ke Irak pada tahun 2003. "Masa terburuk adalah perang Irak, karena kami, PBB, tidak dapat menghentikannya. Saya saat itu sungguh-sungguh telah melakukan segalanya supaya perang tidak terjadi," katanya dalam jumpa pers terakhirnya di Markas Besar PBB, New York, Selasa, saat menjawab pertanyaan seputar pencapaian terbaik dan pencapaian terburuk yang dialaminya selama 10 tahun terakhir. Selain kegagalan menghentikan perang Irak, cobaan terberat lainnya adalah harus kehilangan teman sejati sekaligus sejawatnya sesama pejabat PBB, Sergio Vieira de Mello, yang tewas dalam pemboman yang terjadi di markas PBB di Baghdad pada tahun 2003. "Mereka bukan hanya teman sejawat, mereka adalah teman-teman sejati dan pukulan yang saya rasakan hampir sama dengan ketika saya kehilangan saudara kembar saya," ujarnya. Kofi Annan, yang dilahirkan di Kumasi, Ghana, pada 8 April 8, 1939, memiliki saudara kembar perempuan bernama Efua Annan yang meninggal pada tahun 1991 karena sakit. Berbicara tentang Irak, mau tak mau Annan juga menyebut masalah korupsi dalam pelaksanaan program Minyak-untuk-Pangan (oil-for-food) Irak. Program yang dibentuk berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB pada tahun 1995 itu memungkinkan Irak menjual minyaknya kepada dunia untuk ditukar dengan makanan, obat-obatan dan kebutuhan lainnya yang diperlukan rakyat Irak yang mengalami dampak sanksi ekonomi setelah Irak menyerang Kuwait. Skandal Minyak-untuk-Pangan sendiri mencuat setelah Komite Pemeriksaan Independen menemukan adanya kesalahan manajemen di kantor yang dipimpin Annan dan praktek-praktek korupsi oleh perusahaan-perusahaan swasta yang terlibat dalam program Minyak-untuk-Pangan. Untuk kasus Minyak-untuk-Pangan, Kofi Annan meminta dengan sangat kepada semua pihak agar perjalanan PBB tidak dihakimi oleh skandal tersebut. "Kalau para ahli sejarah melihat catatan, mereka akan mengambil kesimpulan bahwa, ya, ada kesalahan manajemen. Dan mungkin ada sejumlah anggota staf PBB yang terlibat dalam skandal, kalau memang ada, dan bersama 2.200 perusahaan yang membuat perjanjian dengan Saddam (Hussein) di belakang kita. Saya berharap para ahli sejarah akan menyadari bahwa PBB bukan sekedar `Minyak-untuk-Pangan`," katanya. Adapun keberhasilan yang sangat dirasakan Annan selama menjadi Sekjen PBB antara lain adalah upaya perlindungan hak asasi manusia, perang terhadap ketidaksetaraan baik di antara negara-negara anggota serta perjuangan bagi pencapaian MDGs. Dalam jumpa pers, sebelum membuka sesi tanya-jawab, Annan masih melakukan tugasnya memberikan informasi kepada para wartawan. Informasi terakhir yang disampaikannya adalah tentang sumbangan Spanyol senilai 700 juta dolar AS untuk mendukung program PBB dalam upaya pencapaian target-target pembangunan milenium (MDGs) pada 2015. Sumbangan Spanyol itu disebut Annan sebagai yang terbesar yang pernah diterima PBB dari negara anggota PBB. Annan, yang secara keseluruhan telah mengabdi selama 40 tahun di PBB --30 tahun sebagai staf dan 10 tahun sebagai Sekjen-- juga menegaskan dirinya akan tetap bekerja sampai masa tugasnya berakhir pada 31 Desember 2006. "Dalam minggu ini saya akan berada di kantor (Mabes PBB, red), demikian pula minggu depannya kalau diperlukan. Tentu saya akan terus melanjutkan tugas saya sampai tanggal 31 Desember tengah malam," katanya. Ia juga menjamin bahwa selama hari-hari terakhir menjabat sebagai Sekjen, ia akan bekerja sama secara erat dengan penggantinya, Ban Ki-Moon, supaya peralihan jabatan dari dirinya kepada Ban berjalan lancar. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006