Malang (ANTARA News) - PT Miwon Indonesia Tbk telah memutuskan kerjasama dengan Kawasan Industri Gula Masyarakat (Kigumas) Malang, Jatim yang selama ini memasok bahan baku nira kental untuk produsen penyedap rasa itu. Sekdakab Malang Betjik Soedjarwoko, Rabu, mengakui, salah satu alasan manajemen Miwon memutus kontrak kerjasama tersebut diantaranya dipicu harga nira cair yang dipasok Kigumas dinilai terlalu mahal dibanding dengan harga nira dipasaran. "Sebenarnya dalam kontrak kerjasama telah disepakati jika Kigumas akan mengirim nira cair kental ke PT Miwon minimal sebanyak sembilan kali, namun kenyataannya baru tiga kali pengiriman sudah diputus kontrak secara sepihak," katanya di Malang. Ia mengakui, pihaknya tidak mampu menekan harga nira cair tersebut sesuai harga yang dikehendaki Miwon yang dinilai lebih mahal dari harga pasaran, karena biaya produksinya sudah cukup mahal. Dikatakannya, harga gula cair (nira kental) yang disepakati antara Miwon dan Kigumas sebesar Rp1.050 per kg, namun nominal itu dinilai terlalu mahal sehingga PT.Miwon lebih baik memutus kontrak kerjasamanya dengan Kigumas. Menyinggung kemungkinan adanya perjanjian ulang terutama dalam hal harga dengan PT.Miwon, Betjik dengan tegas mengatakan, tidak mungkin lagi dan upaya untuk tetap mengoperasionalkan Kigumas berharap dari kerjasama dengan investor. Selama tiga kali pengiriman nira kental ke Miwon dengan volume 330 ribu ton, Kigumas menghasilkan dana senilai Rp1,3 miliar. Sebelumnya Wakil Bupati Malang Rendra Kresna mengakui, prospek produksi nira kental memang cukup bagus, namun bukan berarti produksi gula kristal akan diabaikan, karena konsep awal pendirian Kigumas memang untuk produksi gula krital kelas A1. Kedepan Kigumas pasti akan memproduksi gula kelas A1 (kristal putih) lagi, namun saat ini yang bisa dijalankan baru memproduksi nira dan raw sugar saja. Dikatakannya, produksi raw sugar rata-rata per hari mencapai 60 ton dan nira kentalnya mencapai 2000 liter/hari yang dikirim ke beberapa pabrik seperti PT.Miwon, PT Ajinomoto, Ceil Samsung serta pabrik ethanol dan saat ini sudah mulai menuai keuntungan.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006