Jakarta (ANTARA News) - Penentuan pemenang tender proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang dijadwalkan pekan ini kemungkinan mundur menjadi pekan depan, kata Direktur SDM PT PLN (Persero) Djuanda Nugraha Ibrahim di Jakarta, Rabu. Menurut Djuanda Nugraha di sela seminar di Jakarta, Rabu, mundurnya penentuan pemenang itu terkait mundurnya jadwal konsultasi PLN dengan Tim Percepatan Pembangunan Pembangkit 10.000 MW yang seharusnya dilakukan Rabu ini, tetapi diundur menjadi Jumat (22/12). "Jadwal konsultasi terpaksa mundur karena sebagian menteri yang menjadi anggota Tim berada di luar kota. Pertemuan dijadwalkan kembali pada Jumat (22/12)," katanya. Konsultasi tersebut dilakukan PLN menyusul adanya sanggahan dari peserta tender atas penetapan calon pemenang proyek PLTU Suralaya, Banten dan PLTU Paiton, Jatim yang diumumkan Panitia Lelang PLN pada Jumat (8/11). Mereka menilai Panitia Lelang tidak menentukan calon pemenang tender tersebut berdasarkan kriteria kelayakan dan kemampuan yang terbaik. Direktur Utama PLN Eddie Widiono mengatakan, konsultasi dengan Tim Percepatan diperlukan agar penentuan pemenang dapat dilakukan secara transparan dan diketahui semua pihak. Sesuai prosedur lelang, peserta yang merasa dirugikan diberikan waktu menyampaikan sanggahan selama tiga hari sejak pengumuman calon pemenang dan lima hari bagi PLN guna memberikan jawaban. Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta PLN tidak perlu ragu mengambil tindakan khususnya dalam program percepatan pembangunan pembangkit 10.000 MW untuk mengatasi daerah yang mengalami krisis listrik. "Kalau ada keragu-raguan, apakah bertentangan dengan aturan atau perundang-undangan maka berkonsultasilah dengan atasan, ada presiden, ada semua. Dengan demikian, niat yang baik tidak jadi masalah di kemudian hari," katanya usai melakukan inspeksi mendadak ke Kantor Pusat PLN Jakarta, pekan lalu. Pada proyek PLTU Suralaya berdaya 600 MW, PLN telah menetapkan konsorsium China National Technical Import & Export Corp (CNTIC) sebagai pemenang, walaupun harga yang ditawarkan dinilai lebih mahal dibandingkan Dongfang Electric-Dalle Energy. Sementara untuk proyek PLTU Paiton II 600 MW yang dimenangkan konsorsium Harbin Power Engineering, PLN juga dinilai telah mengabaikan penilaian waktu penyelesaian pembangunan. Harbin diketahui hanya mampu menyelesaikan pembangunan proyek dalam waktu 36 bulan, sementara peserta tender lain ada yang menawarkan dalam 28 bulan atau lebih cepat delapan bulan. Dalam tender PLTU Suralaya yang diikuti empat peserta, CNTIC menawarkan harga pembangkitan terendah yakni Rp378 per kWh, Shanghai Electric-Maxima Infrastruktur diurutan kedua Rp378,97 per kWh, selanjutnya Dongfang Electric-Dalle Energy Rp379,97 per kWh, dan Marubeni-Doosan-Tripatra Rp414,59 per kWh. Sedang tender PLTU Paiton diikuti lima peserta yakni Chengda Engineering Corporation-Wijaya, Harbin Power Engineering-Mitra Selaras Hutama Energi, Marubeni-Doosan-Tripatra-MMC, China Huadian-Duta Graha Indah dan Shanghai Electric Group-Maxima. Harga penawaran pembangkitan yang diajukan konsorsium Harbin dalam tender tersebut senilai Rp385,76 per kWh, disusul Shanghai Rp398,42 per kWh, China Huadian Rp420,95 per kWh, dan Marubeni Rp421,07 per kWh.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006