Bogor (ANTARA News) - Delegasi National Nucleus Project (NNP) Ethiopia melakukan studi banding untuk mengembangakan perkebunan karet di negaranya ke Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (LRPI) di Bogor, Jawa Barat (Jabar). "Kita mengalokasikan 300 hektar untuk proyek percontohan perkebunan karet setelah melakukan studi banding dan pelatihan di LRPI Bogor ini," kata General Manager NNP Ethiopia, Halle Selassie Tekie, pada penutupan kegiatan tersebut di Bogor, Kamis. Pada penutupan tersebut hadir Direktur Eksekutif LRPI, Dr Ir Didiek Hadjar Goenadi, MSs, APU, Plt Kasubid II Direktorat Afrika Departemen Luar Negeri (Deplu) Dicky Fabrian dan unsur dari Biro Kerjasama Luarnegeri Departemen Pertanian (Deptan). Menurut Halle Selassie Tekie, setelah mendapatkan pelatihan selama dua minggu, pihaknya akan mencoba mempraktikkan apa yang telah didapatkan selama ini, seperti bagaimana mengelola hasil sadapan getah karet hingga dapat dikonversi menjadi bahan jadi. Ia mengaku bahwa Indonesia punya keunggulan di bidang perkaretan dunia sehingga tergerak untuk belajar bagaimana mengelolanya. Sementara itu, Direktur Eksekutif LRPI, Didiek Hadjar Goenadi mengemukakan, kegiatan tersebut adalah bagian dari upaya untuk melebarkan sayap salah satu keunggulan perkaretan Indonesia pada dunia. Pasalnya, pesaing Indonesia dalam bidang karet seperti Malaysia sudah sejak dulu menggarap sejumlah negara seperti ke Peru dan juga Costa Rika. "Kita karena ngurus dalam negeri terus lupa kalau punya keunggulan yang bisa di `share` kepada negara yang belum cukup maju, terutama negara-negara Afrika, khususnya yang tropis dan cocok dengan agroklimat Indonesia," katanya. Ia mengemukakan, setelah ada inisiasi pemerintah Ethiopia ke pemerintah Indonesia, kemudian pihaknya melaksanakan kerjasama yang sifatnya antarpemerintah (G to G) itu dalam bentuk kunjungan yang lebih banyak diisi dengan materi pengetahuan tentang komiditi tertentu, dalam hal ini soal karet. Mengenai timbal balik dari kegiatan itu, menurut dia, tentu saja Indonesia akan menjadi tempat bergantung dari pengembangan perkebunan di Ethiopia. "Karena bagaimanapun juga, kita tentu harus bersaing dengan Malaysia, Thailand dan mungkin juga Vietnam. Mereka bisa memilih siapa saja, kebetulan kita dipilih dan kita manfaatkan jadi mitra," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006