Jakarta (ANTARA News) - Perdagangan saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada pekan ini diperkirakan berjalan sepi, namun ada kecenderungan indeks harga saham gabungan (IHSG) naik menembus level 1.800. Analis Riset PT Valbury Asia Securities, Krisna Dwi Setiawan, kepada ANTARA, pada akhir pekan lalu mengatakan indeks dapat tembus level 1.800 mengingat aksi beli menyambut "window dressing" (aksi mempercantik laporan keuangan melalui perbaikan harga pasar saham) emiten masih akan berlangsung. Perdagangan saham diperkirakan sepi, sehubungan transaksi memasuki pekan yang pendek (tiga hari perdagangan bursa) menjelang penutupan akhir tahun dan libur Tahun Baru 2007. "Sebagian para pelaku pasar telah keluar untuk liburan, sehingga pasar akan berjalan sepi," tambahnya. Dikatakannya para pelaku pasar yang masih bertahan akan melanjutkan perburuan sahamnya menjelang penutupan tahun, sehingga peluang indeks untuk naik masih ada. "Pelaku pasar mengejar target 1.800 yang tinggal beberapa poin saja," jelasnya. Hal yang sama dikatakan Luki Aryapama, analis riset dari PT Panin Capital, bahwa indeks masih berpeluang naik karena didorong oleh program "window dressing". "Aksi 'window dressing' masih ada untuk mendorong indeks pekan depan (pekan ini, Red.)," kata Luki, akhir pekan lalu. Dia juga optimis IHSG berakhir pada level 1.800 pada akhir tahun ini, namun pelaku pasar tetap berhati-hati terhadap efek Thailand yang menghantam pasar modal regional pada pekan lalu. "Setelah terjadi efek Thailand, pelaku pasar hingga saat ini masih berhati-hati dalam bertransaksi," jelasnya. Pada perdagangan pekan lalu, IHSG ditutup melemah 6,404 poin menjadi 1.785,760 dibanding pekan sebelumnya di posisi 1.792,164, sedangkan indeks LQ45 melemah 1,822 poin menjadi 388,655 dibanding pekan sebelumnya di posisi 390,477. Turunnya indeks pada pekan lalu ini disebabkan oleh kebijakan bank sentral Thailand pada Selasa 19 Desember 2006 yang melakukan pembatasan devisa 30 persen bagi investor asing. Kebijakan ini telah membuat panik para investor pasar modal karena melihat sejarah krisis 1997 dimulai dari Thailand, sehingga membuat IHSG mengalami koreksi 50,950 poin. Namun efek ini telah hilang setelah pihak bank sentral Thailand mencabut kebijakan tersebut bagi investasi pasar modal. Menteri Keuangan Thailand, Pridiyathorn Devakula, mengatakan bahwa mulai Rabu (19/12) investasi asing via Bursa-saham Thailand (SET) akan dibebaskan dari aturan pembatasan transaksi valas yang diberlakukan Selasa untuk memberhentikan melajunya baht. Keputusan ini diambil setelah berunding dengan pialang, investor dan semua yang berhubungan, Bank sentral Thailand dan Kementerian Keuangan akan meniadakan pembatasan devisa 30 persen bagi investasi asing yang menginvestasikan dananya di Bursa-saham Thailand. Dicabutnya keputusan itu mempengaruhi bursa regional yang kembali melanjutkan rebound (penguatan kembali) dan melanjutkan program "window dressing". (*)

Copyright © ANTARA 2006