Jakarta (ANTARA News) - Angka pengangguran terbuka di Indonesia pada 2007 diperkirakan mencapai 12,7 juta jiwa sehingga akan menambah jumlah penduduk miskin menjadi 45,7 juta jiwa. "Semakin besar angka pengangguran terbuka merupakan indikator meningkatnya angka kemiskinan," kata Koordinator Tim Peneliti Prospek Perekonomian Indonesia 2007 Pusat Penelitian Ekonomi LIPI Maxensius Tri Sambodo kepada wartawan di Jakarta, Rabu. Angka itu, ujarnya, berasal dari 1,6 juta pengangguran baru, menambah jumlah pengangguran yang sudah ada sebesar 11 juta. Angka 1,6 juta pengangguran itu berasal dari angkatan kerja yang tidak tertampung oleh kesempatan kerja pada 2007 sebesar 1,4 juta orang, ujarnya. Dikatakannya, angkatan kerja pada 2007 diperkirakan akan mengalami kenaikan sebesar tiga juta orang, berasal dari 1.5 juta orang tambahan tenaga kerja baru dan 1,5 juta dari kelompok bukan angkatan kerja yang masuk kembali menjadi angkatan kerja. Dengan mengasumsikan pertumbuhan ekonomi mencapai skenario optimum yaitu 6,5 persen dengan tingkat serapan tenaga kerja hanya 218.518 orang untuk setiap pertumbuhan ekonomi sebesar satu persen maka lapangan kerja tersedia hanya 1,4 juta orang. "Mereka yang tak terserap terpaksa menganggur dan menambah angka pengangguran," katanya. Sementara itu, Ketua Pusat Penelitian Ekonomi LIPI Mahmud Thoha mengatakan, pemerintah seharusnya mendorong sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang paling banyak menyerap tenaga kerja. "Penyerapan investasi atau Penanaman Modal Asing (PMA) terbukti rendah, karena itu ikutilah jejak Thailand yang bisa menjadi maju karena mengutamakan sektor UMKM-nya," katanya. Menurut dia, dari mana lagi pemerintah memenuhi target pertumbuhan ekonominya 6,5 persen pada 2007 jika bukan dari UMKM, karena dengan pertumbuhan sebesar itu maka diperlukan rasio investasi terhadap PDB sekitar 30 persen. "Jadi nilai PDB riil 2007 diperkirakan 1.967 triliun karena itu nilai investasi yang dibutuhkan sekitar Rp590 triliun, padahal nilai realisasi PMDN dan PMA hingga Oktober 2006 baru mencapai Rp55 triliun," katanya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006