Jakarta (ANTARA News) - Komite Nasional Pengendalian Flu Burung menyatakan bahwa dalam enam bulan terakhir kasus flu burung (Avian Influenza/AI) pada unggas dilaporkan tidak terjadi lagi di 17 provinsi di Indonesia. "Sebelumnya 14 provinsi tidak melaporkan kejadian flu burung pada unggas tapi salah satunya yakni Aceh kemudian melaporkan. Dalam enam bulan terakhir ini flu burung pada unggas juga tidak terjadi di empat provinsi yang lain, jadi sekarang ada 17 provinsi tanpa wabah flu burung," kata Ketua Komnas FPBI Bayu Krisnamurthi di Jakarta, Jumat (29/12). Keempat daerah bebas baru itu, kata dia, meliputi Provinsi Sumatera Selatan, Bengkulu, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Sedangkan 13 provinsi yang lainnya adalah Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sumatera Barat, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Barat, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Riau, Jambi, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, Irian Jaya Barat dan Kalimantan Timur. Tidak adanya laporan kejadian infeksi flu burung pada unggas di ke-17 provinsi tersebut merupakan salah satu capaian dari upaya pengendalian flu burung selama 2006 mengingat sebelumnya 273 kabupaten di 29 provinsi di Indonesia merupakan daerah endemi flu burung pada unggas. "Kita juga berhasil mempertahankan kasus infeksi pada manusia di sembilan provinsi saja yakni Banten, DKI Jakarta, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Jawa Timur, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan. Tidak ada kasus infeksi pada manusia di provinsi lain selama 2006," katanya dan menambahkan kondisi itu akan terus dipertahankan dan ditekan pada tahun mendatang. Kemajuan pengendalian flu burung lain yang telah dicapai, kata dia, adalah penurunan jumlah rata-rata kasus, angka kematian, rasio kasus konfirmasi/ kasus dugaan (suspect) dan rasio kematian/kasus konfirmasi per bulan dalam lima bulan terakhir. Ia menjelaskan rata-rata kasus infeksi AI per bulan yang pada Maret-Juli 2006 sebesar 5,6 turun menjadi 3,8 pada Agustus-Desember 2006 dan rata-rata kasus kematian per bulan menurun dari 4,7 menjadi 2,6. Rasio kasus "confirm" dengan "suspect", kata dia, juga turun dari 0,16 pada Maret-Juli 2006 menjadi 0,08 pada Agustus-Desember 2006 dan rasio kematian per kasus konfirm-nya juga turun dari 0,87 menjadi 0,65. "Angka ini mungkin memang lemah karena hanya mengacu pada kasus yang dilaporkan di sini tapi setidaknya itu mengindikasikan bahwa apa yang kita lakukan sudah berada pada jalur yang benar," katanya. Ia juga mengatakan bahwa hal-hal positif yang dicapai selama tahun 2006 akan terus dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya. "Karena dalam istilah perang, saat ini kita baru bisa melampaui beberapa tahapan, belum menang," ujarnya. Pencapaian positif dalam pengendalian flu burung selama 2006 tersebut, kata dia, antara lain didukung oleh peningkatan kesadaran dan daya tanggap masyarakat dalam upaya penanggulangan flu burung. "Selain itu juga karena sistem Partisipatory Diseases Surveilance atau PDS dan Partisipatory Diseases Response atau PDS yang dilakukan oleh Departemen Pertanian dan FAO sudah berjalan," ujarnya. Koordinasi upaya pengendalian antar departemen pun, kata dia, telah berjalan baik dan sinkron selama 2006. Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa pada 2007 pemerintah akan memperkuat upaya pengendalian flu burung melalui kampanye publik, restrukturisasi industri peternakan unggas, vaksinasi unggas, intensifikasi riset, penguatan sarana kesehatan dan perluasan pelaksanaan simulasi pandemi. "Harapannya tahun 2007 tidak ada lagi kasus konfirmasi positif atau `zero confirm case`. Kami juga akan berusaha keras supaya tidak terjadi wabah pada unggas atau `zero outbreak on poultry`," kata Bayu. Hingga saat ini jumlah kasus positif flu burung pada manusia (confirm cases) di seluruh Indonesia sebanyak 74 kasus dan 57 diantaranya menyebabkan kematian.(*)

Copyright © ANTARA 2006