Demak (ANTARA News) - Banyak elite sukses meyakinkan orang lain namun gagal menjadi pemimpin dirinya sendiri karena tak mampu mengendalikan nafsu, kata khatib shalat Idul Adha di Masjid Agung Demak, Jawa Tengah, Minggu. "Perang akbar yang lebih berat dan merupakan pertarungan sesungguhnya adalah perang melawan hawa nafsu. Banyak orang yang begitu hebat dan menang perang, hebat berpidato bagai singa podium, tapi gagal mengendalikan nafsu," kata Bambang Sugito, khatib salat Idul Adha di Masjid Agung Demak. Imam salat Idul Adha di Masjid Agung K.H. Harir Muhammad Al Hafidz. Bambang yang juga Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Demak mengatakan, sikap Nabi Ibrahim ketika menerima perintah Allah untuk menyembelih Nabi Ismail, putra yang sangat dicintai Ibrahim, merupakan wujud kemampuan mengendalikan nafsu. Ketika Nabi Ibrahim menerima perintah menyembelih putranya, kala itu memang sempat muncul pergolakan, karena Ismail merupakan anak yang sangat diharapkan kelahirannya di saat Nabi Ibrahim menginjak tua. Nabi Ibrahim kemudian menyampaikan perintah Allah kepada Ismail yang memperoleh jawaban dari anaknya, "kalau itu memang perintah Allah, laksanakan saja. Semoga ayah menjadi orang yang sabar." Sejarah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail tersebut menegaskan betapa kuatnya iman antara ayah dengan anak, sehingga ketika memperoleh perintah dari Allah, keduanya melaksanakan dengan hati ikhlas. "Ibrahim berhasil mengalahkan nafsu kecintaannya pada anaknya dan Allah akhirnya menggantikan Nabi Ismail dengan seekor domba," kata Bambang di depan jemaah shalat Idul Adha yang meluber hingga ke jalan. Menurut dia, semangat berkorban dan keberanian mengendalikan nafsu seperti ditunjukkan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail harus menjadi contoh dalam kehidupan sehari-hari. Pada Idul Adha 2007 Panitia Penerimaan Hewan Kurban Masjid Agung Demak menyembelih tiga sapi dan 15 kambing, menurun dibandingkan tahun lalu sebanyak empat sapi dan 22 kambing.(*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2006