Mina (ANTARA News) - Ribuan haji Indonesia yang masih berkemah di Mina, Arab Saudi, masih belum mendapat jatah makanan katering hingga Minggu pagi, sehingga mereka terpaksa membeli makanan atau mendapat sedekah makanan. Sebelumnya Menteri Agama Maftuh Basyuni saat berdialog dengan sejumlah jemaah haji yang menemuinya di kantor misi haji Indonesia, di Aziziyah, Mekkah, Sabtu malam mengakui musibah yang menimpa jemaah haji yang tidak mendapat jatah makanan akibat salah memilih katering. "Katering tersebut ternyata tidak mampu memasok makanan kepada seluruh jemaah, padahal tujuan semula penunjukan katering itu semata untuk meningkatkan kualitas pelayanan," katanya. Menurut Menag, pemutusan kontrak terhadap Ana Enterprise and Services yang telah lalai tak meyuplai makanan kepada jemaah sejak semalam sebelum Wukuf itu, tidak bisa dilakukan karena masih terikat dengan kontraknya. "Ternyata dengan katering ini hasilnya jadi kayak begini, di luar dugaan kita semua, kita terjerumus pada pilihan yang tidak benar. Untuk itu saya datang ke sini (Tanah Suci) untuk minta maaf," katanya. Tak dipakai lagi Ia menambahkan perusahaan katering Ana tidak akan dipakai lagi pada 2007 dan soal katering akan dikembalikan kepada muasasah seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun penjelasan Menag tak memuaskan jemaah, karena dianggap tidak memberi solusi langsung atas ketiadaan makanan. Jemaah juga mengeluhkan tidak tersedianya air minum terutama air panas, sehingga jatah mi instan dan kopi bubuk sebagai pengganti tak bisa dimasak. Sementara untuk membeli air panas di sekitar Mina tergolong mahal 2-3 riyal per gelas. Menurut data hingga Sabtu sore pukul 15.00 Waktu Arab Saudi, yang mendapat jatah mekanan pada pagi hari hanya 17 maktab dari 75 maktab, 48 maktab tak kebagian makanan dan 12 maktab ada yang kebagian ada yang tidak. Sedangkan untuk makan siang hanya 32 maktab dari 75 maktab yang mendapat jatah, dan untuk makan malam hanya tujuh maktab. Satu maktab terdiri atas sekitar 2.700 orang. Mereka yang tidak mendapat jatah makanan ini terpaksa membeli di tempat-tempat penjualan makanan di Mina atau mendapat sedekah makanan dari para dermawan Arab Saudi yang mendrop makanan ke Mina. "Saya di sini jadi peminta-minta Pak," kata seorang jemaah yang memprotes. Menurut Menag, pihaknya berusaha untuk menyelesaikan masalah ini dengan memberi uang tunai pengganti uang makan, sebesar 105 riyal per jemaah, dengan perincian 15 riyal untuk harga setiap kali makan. Namun hal itu ditanggapi dingin oleh jemaah karena tidak mudah membeli makanan berupa nasi di sekitar maktab untuk jemaah sebanyak itu, sementara lokasi makanan yang lain sangat jauh dari perkemahan. Mereka mengusulkan uang itu dibeli makanan saja di restoran di Mekkah untuk didrop di perkemahan Indonesia di Mina. "Kami tak peduli dibelikan nasi Arab, nasi India atau nasi Indonesia yang penting ada nasi, jangan mi instan," kata jemaah yang sudah kelelahan berjalan kaki beberapa kilo meter perkemahan-Jamarat, ditambah lagi kelaparan. Sebelumnya, petugas haji sempat menghibur jemaah, masalah katering yang berawal di Arafah sudah dialihkan kembali kepada Muasasah, sehingga ketika di Mina tak perlu khawatir menemukan masalah lagi. Sayangnya untuk mengalihkan perjanjian secara mendadak bukan hal mudah dan masalah jatah makan ini berlanjut hingga prosesi haji di Mina. (*)

Copyright © ANTARA 2006