Madrid (ANTARA News) - Ribuan warga Spanyol berpawai guna memprotes pemboman bandar udara Madrid oleh kaum separatis Basque, sementara rakyat Ekuador sibuk menanyakan nasib dua orang yang hilang.
Ledakan Sabtu, yang mengakhiri sembilan bulan gencatan senjata oleh kelompok separatis bersenjata tersebut dan membuat pemerintah membekukan upaya untuk menengahi penyelesaian melalui perundingan bagi empat dasawarsa konflik, melukai 19 orang dan membuat dua warga Ekuador hilang.
Anjing pelacak tak dapat menemukan jejak kedua orang tersebut Ahad, tapi pencarian di tumpukan puing sebanyak 30.000 meter kubik dilanjutkan sepanjang malam.
Ledakan itu diduga disebabkan oleh bom dengan berat lebih dari 500 kilogram dan mungkin sampai 800 kilogram peledak, kata beberapa ahli di balaikota. Polisi mulanya memperkirakan ledakan tersebut melibatkan bahan peledak seberat 200 kilogram.
Pemerintah kotapraja juga membatalkan pesta perayaan menyambut Tahun Baru di Puerta del Sol Square, tempat warga Spanyol dan wisatawan biasanya berkumpul untuk menyambut kedatangan Tahun Baru.
ETA mengeluarkan tiga peringatan telefon sekitar satu jam sebelum ledakan. Petugas penyelamat Ahad malam belum menemukan jejak Armando Estacio Civizapa (19) dan Carlos Alonso Palate (33).
Kedua orang itu diduga sedang tidur di mobil mereka menunggu kedatangan pesawat dari tanah air mereka.
Ayah Diego, Winston, mengatakan kepada stasiun televisi Spanyol ia hanya dapat berdoa agar menerima berita baik.
"Kami hanya menunggu untuk melihat apakah mereka menemukan sesuatu, apakah mereka menemukan dia dalam keadaan hidup. Saya hanya dapat berdoa kepada Tuhan, semoga mereka menemukan dia dan ia sehat-sehat saja. Itu lah yang dapat kami lakukan, hanya berharap," katanya.
Sementara Perdana Menteri Jose Luis Rodriguez Zapateo merenungkan kenyataan berakhirnya upayanya untuk memulai kembali perundingan perdamaian yang telah lama macet, keadaan suram saat beberapa ribu orang berpawai di Sol Square, Madrid, untuk mengutuk pemboman itu.
Zapatero menjadi sasaran kecaman saat sebagian pemrotes berteriak agar ia mengundurkan diri.
Pawai serupa dengan jumlah peserta lebih sedikit berlangsung di beberapa kota kecil lain, demikian AFP.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007