London (ANTARA News) - Belanda mempunyai arti penting bagi hubungan bilateral dengan Indonesia, selain karena faktor sejarah, Belanda adalah salah satu pasar penting bagi produk Indonesia di Eropa.

Hal itu disampaikan Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) KBRI Den Haag, Ibnu Wahyutomo kepada mahasiswa Belanda berasal dari Vreij University, University of Amsterdam dan Erasmus School of Business, Rotterdam tergabung dalam Dutch United Nations Students Association (DUNSA), yang bertamu ke KBRI Den Haag .

Minister Counsellor Pensosbud KBRI Den Haag, Belanda, Azis Nurwahyudi kepada Antara London, Senin, mengatakan kehadiran mahasiswa yang tergabung dalam DUNSA adalah untuk mendapat informasi mengenai perkembangan Indonesia dan hubungan biateral Indonesia-Belanda.

Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) KBRI Den Haag, Ibnu Wahyutomo didampingi pejabat fungsi Politik dan Penerangan Sosial Budaya, Indonesia juga punya arti penting bagi Belanda karena banyaknya mahasiswa Indonesia yang belajar di Belanda.

Sekretaris Kedua Politik, Monica Nilasari, dalam pertemuan itu memberikan paparan yang komprehensif mengenai perkembangan Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Konsep Nawa Cita dipaparkan Monica disertai dengan prioritas pembangunan antara lain bidang infrastruktur dan sumberdaya manusia. Monica juga memaparkan hubungan bilateral Indonesia dan Belanda di berbagai bidang, termasuk politik, ekonomi, sosial dan budaya serta pendidikan.

Seusai paparan, dilakukan sesi diskusi yang dipimpin Ibnu Wahyutomo. Pada kesempatan tersebut, para mahasiswa menyampaikan berbagai pertanyaan kritis diantaranya Rick Otten menanyakan arti Belanda bagi Indonesia, terutama jika dibandingkan dengan negara anggota Uni Eropa lainnya.

Terkait dengan hubungan generasi muda kedua bangsa, Dimple Sokartara menanyakan peran yang bisa dilakukan mendekatkan hubungan kedua bangsa. Dijelaskan kepada mereka salah satunya adalah pemberian beasiswa bagi para pemuda yang ingin belajar seni dan budaya.

Minister Counsellor Pensosbud Azis Nurwahyudi menjelaskan program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia dari Kementerian Luar Negeri yang setiap tahun diberikan kepada 70 pemuda dari 50 negara, salah satunya adalah dari Belanda. Mereka berkesempatan belajar tari, musik, pencak silat dan Bahasa Indonesia di enam kota selama tiga bulan dengan biaya Kemlu RI.

Sedangkan Maik van Oudenaarden menanyakan kontribusi apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pembangunan ekonomi di Indonesia.

Peran Indonesia di kawasan juga menjadi topik menarik bagi Patrick Derring yang menanyakan tentang ASEAN dan peran Indonesia dalam menyelesaikan konflik regional.

Sementara topik yang menarik bagi Benjamin Pechler, yang mempunyai orang tua dari Probolinggo, adalah bagaimana dia bisa bekerja di Indonesia dan masalah dwi kewarganegaraan.

Kasus hukuman mati bagi warga Belanda karena kasus narkoba juga menarik bagi mereka. Ibnu menjelaskan mengenai proses hukum yang berlangsung dan aturan hukum yang berlaku di Indonesia serta meyakinkan bahwa hubungan yang telah berjalan baik tidak akan terganggu dengan masalah tersebut.

Diskusi dengan mahasiswa ini merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilakukan KBRI Den Haag. Selain dilakukan di KBRI, kegiatan yang sama juga diadakan di beberapa universitas. Sebelumnya KUAI KBRI Den Haag juga mengisi sesi tentang topik yang sama di Universitas Groningen, demikian Azis Nurwahyudi.

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015