Jakarta, 3/1 (ANTARA) - Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Herman Prayitno mengatakan, pemindahan Markas Komando (Mako) Detasemen Bravo 90 Pasukan Khas (Paskhas) TNI Angkatan Udara (AU), dari Bandung ke Desa Sukamulya, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, bertujuan meningkatkan kepentingan pertahanan Negara. "Rencana ini sudah lama, dan itu untuk kepentingan pertahanan negara dan kesejahteraan rakyat sekitar," katanya, di Markas Besar TNI AU Cilangkap, Jakarta, Rabu. Ia mengakui, lahan seluas 449 hektare yang akan dijadikan lokasi Mako Den Bravo 90 Paskhas TNI AU itu, masih dalam proses. Namun, TNI AU memiliki bukti kepemilikan atas tanah itu berdasar Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Perang Nomor 023/P/KSAP/50 tanggal 25 Mei 1950 yang menyatakan lapangan terbang serta bangunan-bangunan yang termasuk lapangan dan alat-alat yang berada di lapangan dan sungguh-sungguh diperlukan untuk memelihara lapangan-lapangan tersebut menjadi milik Angkatan Udara Republik Indonesia. "Berdasar ketentuan tersebut, lahan itu adalah milik negara, Jadi, sewaktu-waktu negara meminta ya.. harus diserahkan. Apalagi ini menyangkut kepentingan pertahanan negara dan kesejahteraan rakyat juga," kata Herman. Kasau mengatakan, TNI AU tidak ingin berselisih dengan warga setempat karena itu pihaknya tetap akan melakukan pendekatan dan sosialisasi. Pada kesempatan terpisah, Kepala Dinas Penerangan Mabes TNI AU Marsekal Pertama, Daryatmo mengatakan, pemindahan Mako Detasemen Bravo 90 Paskhas TNI AU dilakukan berdasar Instruksi Kepala Staf TNI AU Nomor Ist/08/IX/2006 tanggal 11 September 2006 tentang Pelaksanaan Pemindahan Kedudukan Detasemen Bravo Paskhas dari Bandung ke Rumpin-Bogor. Rencana pemindahan itu, kata Daryatmo, akan dimulai pada awal 2007 dan ditargetkan selesai pada akhir 2007. "Pemindahan diawali dengan pembangunan beberapa sarana prasarana termasuk fasilitas latihan "water training" di atas lahan seluas 10 hektare, yang diklaim warga sebagai lahan mereka," katanya. Sebagai pasukan elit, Den Bravo memerlukan tempat latihan yang lengkap dan memadai untuk melatih kemampuan dan keterampilannya, dalam penanganan teror aspek udara seperti combat free fall, Haho, para lanjut olahraga, combat SAR, para dasar, pengendalian tempur trimedia (darat, laut, udara), selam, tembak kelas I, komando serta intelijen. Karena itu, untuk membangun pasukan elit Den Bravo 90 yang profesional, maka dibutuhkan sarana prasarana latihan yang lengkap dan memadai sesuai peran, fungsi dan tugas pokoknya, ujar Kadispen TNI AU itu. Rencana pemindahan Mako Den Bravo 90 menjadi ricuh, karena warga tidak terima tanah yang selama ini ditempatinya "diserobot" pihak TNI AU yang mengklaim lahan 449 hektare itu, sebagai milik Mabes TNI AU.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007