Ketika lahir tinggal 70 persen dan 30 persen itu tidak bisa dikembalikan.."
Jakarta (ANTARA News) - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dalam memperingati hari jadinya ke-61, mendeklarasikan "Gerakan Duta 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)" di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, Minggu.

Ketua Umum IDAI dr Aman B Pulungan, SpA(K) dalam siaran pers mengatakan, program gerakan duta tersebut merupakan penguatan komitmen yang telah dirintis pemerintah dengan upaya sinergis kolaboratif antara pemangku kepentingan secara lintas sektor dengan pendekatan promotif preventif/

Aman B Pulungan mengatakan, periode emas tumbuh kembang anak terjadi pada 1.000 HPK, atau sejak masih dalam kandungan ibu, mulai dari pembuahan sampai dengan sekitar dua tahun merupakan fase atau periode kehidupan yang sangat penting pada kehidupan seorang insan manusia.

Pada saat itulah kebutuhan gizi sangat dibutuhkan untuk pengembangan dari seluruh organ tubuhnya karena 30 persen tumbuh kembang anak ditentukan dalam periode ini.

"Ketika lahir tinggal 70 persen dan 30 persen itu tidak bisa dikembalikan, karena itu harus maksimal," katanya.

Aman berharap dari gerakan tersebut dapat mencetak 430 bidan sebagai "master trainer" bersertifikasi yang nantinya akan mendidik‎ bidan-bidan lainnya secara berjenjang.

"Pelatihan berjenjang ini dapat meningkatkan kapasitas 1 juta ibu mengenai pentingnya 1.000 hari pertama kehidupan dan kemampuan ibu untuk menerapkan secara langsung dan mensosialisasikan di tingkat keluarga," ujarnya.

Sementara itu, Presiden Direktur Sarihusada Olivier Pierrdo menyebutkan bahwa gerakan ini merupakan bentuk penggalangan secara sinergi seluruh potensi yang dimiliki para pemangku kepentingan lintas sektor seperti pemerintah, organisasi kesehatan, LSM dan phak swasta dalam melakukan upaya edukasi berjenjang mengenai 1.000 HPK.

Pencanangan 1000 HPK dilakukan oleh Deputi Kesehatan Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Dr dr HT Racmat Sentika Sp.A(K) MARS mewakili Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan bersama Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Ir Doddy Izwardi mewakili Menteri Kesehatan.

Untuk menjamin keberlanjutan, gerakan ini membutuhkan kerjasama antara pemerintah melalui Kementerian Kes‎ehatan dan Kementerian Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, organisasi profesi, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), IDAI, Persatuan Dokter Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dan Persatuan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) serta pihak swasta yang diwakili oleh Sarihusada dan PKPU‎.

Deputi III Kemenko PMK bidang Peningkatan Kesehatan, dr TB Rachmat Santika, SpA, MARS, menyebut apa yang dilakukan oleh gerakan ini sejalan dengan pemerintah yang memang bertujuan melakukan pemberdayaan dan pembangunan masyarakat.

Di Indonesia, penanganan 1.000 HPK kini menjadi tantangan tersendiri. Terdapat persoalan kekurangan gizi dan kelebihan gizi pada saat yang bersamaan dan terjadi seluruh kelompok umur. Kekurangan gizi yang diukur dengan stunting (pendek) telah terjadi sejak anak lahir, dengan prevalensing meningkat hingga aak berusia 2 tahun dan terus terjadi hingga usia lima tahun. Pada tahun 2013, prevalensi stunting pada balita mencapai 37,2 persen.

Di sisi lain, prevalensi kelebihan gizi juga meningkat cukup tajam terutama pada perempuan. Gizi lebih (overweight) meningkat lebih dari  dua kali antara 2007 hingga 2013 dari 14,8 persen menjadi 32,9 persen pada perempuan dewasa dan dari 18,8 persen menjadi 26,6 persen pada laki-laki dewasa. Pada anak balita, gizi lebih menurun dari 12,2 persen menjadi 11,9 persen selama perode 2010-2013.

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015