Pekanbaru (ANTARA News) - Banjir bandang yang datang tiba-tiba pada Kamis pagi, merendam delapan desa di Kecamatan Rimba Melintang, Rokan Hilir, Riau, menyebabkan sedikitnya 454 kepala keluarga mengungsi. Camat Rimba Melintang, Ramli Harrobi, kepada ANTARA News di Pekanbaru mengatakan, warga korban banjir yang mengungsi kini ditampung di Gudang Dolog Rimba Melintang, sebagian yang lain menumpang di rumah sanak saudara. Menurut Ramli, pengungsi yang ditampung di Gudang Dolog itu terdiri dari 454 kepala keluarga yang semuanya warga Desa Rimba Melintang, sementara warga desa lain yang diperkirakan juga mengungsi, jumlahnya belum dilaporkan. "Sedangkan warga Kepenghuluan Karya Mukti dan Teluk Pulau Ilir juga mengungsi namun saya belum dapat laporan berapa jumlahnya," ujar camat ketika dihubungi masih berada di lokasi pengungsian. Kedelapan kepenghuluan (desa) itu yakni Rimba Melintang, Karya Mukti, Teluk Pulau Ilir, Teluk Pulau Hulu, Jumrah, Mukti Jaya, Langgadai Hulu dan Langadai Hilir. Menurut dia, air yang menenggelamkan rumah warga dengan ketinggian 1 sampai 1,5 meter itu merupakan banjir kiriman dari kawasan hulu sungai Rokan yang berada di wilayah Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) ditambah pasang "keling" (naiknya air laut). "Pasang keling merupakan pasang yang terjadi tiap 17 hari bulan. Tetapi tidak pernah terjadi pasang seperti ini dengan ketinggian mencapai 1,5 meter yang menenggelamkan rumah," katanya. Biasanya, pasang keling hanya mengenangi halaman rumah warga tetapi yang terjadi kali ini sangat parah dan tidak pernah terjadi sebelumnya, bahkan saat banjir datang tidak hujan lebat. "Tiba-tiba saja air naik ke rumah saat warga sedang lelap tidur," ungkap camat. Menurut Ramli, air pasang keling biasanya tidak berlangsung lama dan ia memperkirakan puncak bandang pada tanggal 6-7 Januari 2007. "Sekarang baru 14 hari bulan, puncaknya 17 hari bulan nanti saat bulan purnama, bisa mencapai tiga meter jika melihat kondisi saat ini," katanya. Ia menjelaskan, pihaknya telah menjadikan gudang Dolog Rimba Melintang sebagai tempat pengungsian warga di desa tersebut. Gudang yang belum berfungsi meskipun telah dibangun dua tahun lalu, lokasinya jauh dari genangan air dan mampu menampung sekitar 700 kepala keluarga. Perihal bantuan, menurut dia pihaknya telah memiliki cadangan bantuan sebanyak 8 ton beras serta bahan pangan lainnya seperti mie kemasan, minyak goreng, air minum juga makanan bayi. "Semua bantuan pangan ini telah ada tinggal disuplai kemasyarakat," katanya. Sementara itu, beberapa masyarakat yang menghubungi ANTARA mengatakan, banjir bandang yang datang tiba-tiba itu disangka mereka tsunami karena tidak ada hujan dan guruhnya petir. "Air tiba-tiba saja naik. Maklumlah kami tinggal didaerah yang tidak jauh dari sungai," ujar Ramlan (35) salah seorang warga yang menghubungi ANTARA perihal banjir yang datang tiba-tiba mengenangi tempat tidurnya subuh tadi.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007