Makassar (ANTARA News) - Sebanyak 15 orang penumpang KM Senopati Nusantara yang diselamatkan KM. Mandiri Enam di perairan dekat Pulau Talak, Minggu malam, tiba di Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar, Senin petang (8/1), namun seorang di antaranya meninggal dunia di atas kapal tersebut. Gubernur Sulsel HM. Amin Syam, Kapolda Sulsel Irjen Pol Aryanto Boedihardjo dan Wakil Walikota Makassar Andi Hery Iskandar menjemput para korban di tangga kapal di dermaga Soekarno-Hatta pada pukul 17.30 Wita. Di dermaga, sebanyak 16 buah ambulans telah menanti. Para korban ditandu dari atas kapal oleh tim relawan dan langsung masuk ke dalam ambulans yang kemudian membawa mereka ke Rumah Sakit Wahidin Soedirohusodo untuk mendapat perawatan intensif. Sementara itu, jenazah Agus DH (18) asal Solo dibawa ke RS Bhayangkara Makassar untuk diotopsi. Nama-nama para korban tersebut seperti tercantum dalam daftar yang dibagikan Basarnas kepada wartawan masing-masing adalah Sunaryo asal Semarang, Abu Ali (Lamongan), Adi Kurniawan (Brebes), Rachim (Kolaka, Sultra), keempatnya adalah ABK kapal nahas tersebut. Sementara ke-11 penumpangnya adalah M. Maslim (Demak), Fanik Gunawan (alamat tidak jelas), Baiman (Cilacap), Sigit Hariyanto (Pangkalan Bun/Kalteng), Abdul Wahid (Kudus), Roni (Demak), Sarito (Pekalongan), Sugiyono (Kudus), Suriani (Dinas Pertanian Kalteng), Agus DH (Solo-meninggal) dan Suryadi (Pekalongan). Mualim II KM. Mandiri Enam Eko Supriantono kepada wartawan menjelaskan, saat mereka melintas di sekitar pulau Talak menjelang masuk Selat Makassar sekitar pukul 21.05 Wita, jurumudi jaga dan perwira jaga KM Mandiri Enam mendengar ada orang meniup pluit lalu berteriak-teriak minta tolong. Kedua ABK itu kemudian melaporkan hal itu kepada nakhoda Amirullah Kamin yang kemudian memerintahkan jurumudi untuk melakukan manuver dan mencari sumber suara. Para ABK kemudian menemukan sebuah sekoci penyelamat (life craft) terapung-apung berisi 15 orang yang terus berusaha mendayung untuk mendekati kapal ada jarak 500 meter dari lambung kapal. "Para korban itu kemudian kami angkat satu persatu termasuk life-craft yang mereka tumpangi sejak musibah itu terjadi 29 Desember 2006," ujarnya dan menambahkan, upaya penyelamatan itu hanya berlangsung sekitar 30 menit lalu mereka melanjutkan pelayanan ke Makassar. Kondisi para korban saat ditemukan, ujar Eko, semuanya dalam kondisi lemah karena kekurangan cairan dan kulit terkelupas akibat panas matahari, namun Agus (18) asal Solo memang dalam kondisi yang agak kritis. "Sampai di atas kapal, mereka kami beri minum, makan dan mengganti pakaian-pakaian mereka, sehingga kondisi mereka berangsur pulih. Namun tiba-tiba, tadi pagi, Agus mengalami sesak napas dan akhirnya meninggal dunia," ujar Eko dan mengatakan, menurut korban ia memang menderita penyakit asma. Mengutip pengakuan para korban, Eko menyebutkan, beberapa hari setelah kapal yang memuat 600 penumpang lebih itu tenggelam di perairan Mandalika, Kabupaten Jepara hari Jumat (29/12), ada sebuah kapal asing melintas di dekat mereka, namun rupanya kapal itu tidak mendengarkan teriakan mereka sehingga kapal itu berlalu tanpa memberi pertologan kepada mereka. Sejak kapal itu tenggelam, ke-15 penumpang itu memang berada dalam satu life-craft itu dan hingga KM Mandiri Enam milik PT. Gurita Lintas Samudera, mereka semua dalam keadaan selamat. KM. Mandiri Enam bertonase 1.600 GRT dengan panjang 126 meter membawa 27 ABK itu berangkat dari Probolinggo, Jawa Timur hari Sabtu (6/1) dengan tujuan akhir Halmahera, Maluku, dan berniat singgah ke Makassar untuk mengisi air dan bahan bakar. Para korban direncanakan akan mulai dikembalikan ke tempat asal mereka hari Selasa (9/1) bila kondisi mereka memungkinkan dengan menggunakan pesawat Cassa dari TNI AL, bahkan Gubernur Jawa Timur akan menyambut mereka di Surabaya. Dengan penemuan ini, maka menurut catatan Basarnas, hingga kini penumpang KM Senopati Nusantara yang sudah ditemukan berjumlah 265 orang, sebanyak 248 diantaranya selamat.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007