Jakarta (ANTARA News) - Dua organisasi Islam besar Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah menyeru pemimpin nasional baik formal maupun nonformal supaya melakukan introspeksi diri terkait dengan bencana dan musibah yang secara beruntun menimpa bangsa ini. Dalam pertemuan tertutup di Kantor Pengurus Besar NU (PBNU) Jakarta, Senin, pemimpin kedua organisasi Islam tersebut menyatakan bahwa musibah dan bencana yang terjadi di Tanah Air harus pula dibaca sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah. Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsudin mengatakan, selain memang sudah menjadi ketentuan Allah berbagai bencana atau musibah yang menelan banyak korban itu bisa jadi "diturunkan" akibat ulah manusia. "Musibah beruntun itu bisa terjadi karena memang sudah menjadi ketentuan atau sunattullah tapi bisa juga terjadi karena ulah manusia karena itu mari bermuhasabah, introspeksi terutama para pemimpin formal dan nonformal tentang apa yang sudah dilakukan," katanya. Sementara Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi membacakan pernyataan tertulis PBNU yang ditandatangi oleh dirinya dan Rais Suriah PBNU KH MA Sahal Mahfudh yang intinya menyebutkan berbagai bencana yang terjadi sudah tidak bisa lagi dihadapi hanya dengan kekuatan manusia oleh karena itu PBNU menyeru masyarakat khususnya para pemimpin agar lebih mendekatkan diri kepada Allah, bertaubat, menjunjung tinggi kejujuran, memperbanyak dzikir dan sedekah serta menyantuni mereka yang tertimpa bencana. "Harus dijauhi perbuatan yang langsung atau tidak langsung menyebabkan murka Allah seperti kedzaliman, kepalsuan atau kepura-puraan, kebohongan, perusakan kehormatan dan martabat sesama, perusakan keseimbangan alam, korupsi dan keserakahan, pengkhianatan dan jual beli hukum, pengkhianatan terhadap amanat, penelantaran penderitaan rakyat kecil dan sebagainya," kata Hasyim. Mengingat korban bencana yang tewas, khususnya yang beragama Islam, tidak semuanya dapat diurus dengan baik sesuai tuntunan agama, ia melanjutka, PBNU menyerukan agar dilakukan sholat ghaib bagi mereka. "Orang-orang yang meninggal dimana-mana belum tentu diurus dengan baik karena itu harus disholati dengan cara sholat ghaib agar tidak timbul bencana yang lain," katanya. Pada kesempatan itu PBNU juga menyeru warga NU dan masyarakat yang bersedia agar menjalankan puasa sunah tanggal 1-10 Muharram 1428 Hijriyah, memperbanyak permohonan ampun dan memohon kekuatan kepada Allah.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007