Jombang (ANTARA News) - Rapat yang dilakukan oleh sembilan kiai yang terpilih sebagai "ahlul halli wal aqdi" (AHWA) untuk memilih Rais Aam PBNU dilakukan para kiai secara tertutup di Pendopo Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Rabu malam.

"Rapat dilakukan di pendopo kabupaten, karena lokasinya yang relatif lebih dekat, tapi dilakukan secara tertutup," kata Pengasuh PP Al Falah, Ploso, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, KH Abdurahman al Kautsar di pusat media (media center) Muktamar Ke-33 NU.

Ia mengatakan pertemuan itu dilakukan sekitar satu jam. Sejumlah nama muncul dalam forum tersebut, namun sampai saat ini belum ada keputusan tentang nama Rais Aam PBNU.

Dalam pertemuan tertutup itu, sejumlah nama muncul diajukan menjadi calon Ketua Rais Aam PBNU. Selain KH Mustofa Bisri (Gus Mus), ada juga nama KH Maimun Zubair (Mbah Moen), serta nama KH Makruf Amin, namun belum ada keputusan.

Sejumlah kiai muda menegaskan dukungannya kepada KH Mustofa Bisri menjadi Rais Aam PBNU dalam Muktamar Ke-33 NU.

Wakil Ketua Rabithah Maahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI-NU) Ahmad Fahrurrozi mengatakan nama KH Mustofa Bisri mengemuka dalam hasil rapat yang digelar para kiai yang terpilih, namun belum final.

"Kami sambut baik atas pelaksanaan muktamar ini, karena sudah melewati satu tahap. Rais Aam terpilih melalui AHWA dan saat ini tinggal menunggu pemilihan ketua umum dengan voting," katanya.

Ia mengatakan nama Gus Mus sudah disepakati dalam forum ulama tersebut. Namun, Gus Mus merasa keberatan dan meminta agar KH Maimun Zubair menjadi Rais Am, namun Mbah Moen juga menolak dan lebih meminta Gus Mus menjadi Rais Aam.

Menurut dia, kesepakatan memilih Rais Aam dengan konsep AHWA dinilai lebih bagus, sebab hal itu dinilai banyak sisi positifnya. Dengan pemilihan itu, diharapkan tidak lagi terjadi politik transaksional.

"Kami prihatin terjadi intervensi oleh penguasa setempat untuk mengegolkan calon di daerah tertentu. Dengan ini (AHWA) sulit dilakukan, karena muktamar akan dipilih sembilan kiai yang paling zuhud, paling alim, sehingga NU ke depan bisa lebih baik," ujarnya.

Ia berharap dengan konsep itu kerukunan di antara warga nahdliyin akan terjadi lebih baik. Ia pun yakin, dengan konsep AHWA tersebut tidak akan terjadi perpecahan di tubuh NU.

Senada dengan itu, Pengasuh PP Al Falah, Ploso, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri KH Abdurahman al Kautsar mengaku yakin adanya perbedaan pendapat saat muktamar ini tidak akan membuat NU tercerai berai.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Pengasuh PP Denanyar Kabupaten Jombang KH Abdussalam Sohib. Ia yakin dalam muktamar ini akan bisa dicari jalan keluar dan yakin jika muktamar akan berakhir dengan baik.

Pewarta: Destyan Hendri Sujarwoko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015