Kabul (ANTARA News) - Lima orang telah dikonfirmasi tewas dan 16 orang lagi cedera saat gerilyawan anti-pemerintah pada Senin (10/8) melancarkan pemboman mobil bunuh diri di dekat gerbang masuk Bandar Udara Internasional Kabul, kata Kementerian Dalam Negeri Afghanistan.

"Kementerian Urusan Dalam Negeri mengutuk dengan sekeras-kerasnya serangan teror di gerbang masuk Bandar Udara Internasional Hamid Karzai, Kabul, sehingga menewaskan lima warga sipil dan melukai 16 orang lagi," kata Kementerian itu dalam satu pernyataan yang disiarkan di Kabul.

Serangan bunuh diri tersebut, yang keempat sejak Jumat pagi (7/8), ditujukan ke gerbang depan bandar udara tersebut pada siang hari, kata Kementerian Dalam Negeri Afghanistan di dalam pernyataannya, sebagaimana diberitakan Xinhua, Selasa. Ia menambahkan, serangan semacam itu juga memperlihatkan tingkat kekejaman yang dilakukan gerilyawan terhadap warga sipil yang tak berdosa dan tak bisa mempertahankan diri.

Sasaran serangan tersebut dipastikan adalah kendaraan lapis baja yang beroperasi di tempat itu, kata seorang pejabat keamanan di lokasi ledakan tapi ia tidak menjelaskan siapa pemilik kendaraan tersebut.

Ia menyatakan semua penerbangan ditunda selama sedikitnya empat sampai lima jam, tambah pejabat itu.

Ledakan kuat tersebut juga telah menghancurkan beberapa mobil dan merusak beberapa rumah di dekatnya.

Sementara itu, Zabihullah Mujahid --yang mengaku berbicara untuk faksi Taliban dan melakukan hubungan dengan media dari lokasi yang tak diketahui-- mengaku bertanggung-jawab. Ia berkeras beberapa personel keamanan tewas dalam ledakan tersebut, namun pernyataan itu dibantah oleh para pejabat dan saksi mata sebagai tak berdasar.

Namun Presiden Mohammad Ashraf Ghani telah menuding Pakistan dan mengatakan tempat persembunyian pelaku teror berada di Pakistan. "Pakistan berada dalam status perang yang tak diumumkan dengan Afghanistan selama 14 tahun belakangan ini," kata Presiden Ashraf Ghani. Ia menambahkan,"Pusat pelatihan para penyerang bunuh diri berada di Pakistan, dan perang yang tak diumumkan mesti diakhiri. Dan ini adalah tuntutan dasar Afghanistan."

Presiden Ashraf Ghani, yang menyebut pelaku teror sebagai musuh bersama negara di wilayah tersebut dan dunia pada umumnya, mengatakan Afghanistan yang stabil akan menguntungkan wilayah itu dan seluruh dunia.

Afghanistan telah menjadi ajang fanatisme yang meningkat sejak kematian Mullah Umar dan pengambil-alihan wewenang Taliban oleh Mullah Akhtar Mohammad Mansoor pada 30 Juli. Sejak itu, sebanyak 50 orang telah tewas dan ratusan orang lagi cedera hanya di Ibu Kota Afghanistan, Kabul, saja dalam serangan teror yang diklaim oleh Taliban.

(Uu.C003)

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015