Ini sekali lagi gejala dunia karena China. Malaysia lebih hebat lagi turunnya. Minyak turun dan saham turun, maka terjadi pelemahan-pelemahan mata uang akibat ekonomi turun,"
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden HM Jusuf Kalla telah menerima Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan di Kantor Wapres, Jakarta untuk membahas sejumlah isu diantaranya keadaan ekonomi global.

"Ini sekali lagi gejala dunia karena China. Malaysia lebih hebat lagi turunnya. Minyak turun dan saham turun, maka terjadi pelemahan-pelemahan mata uang akibat ekonomi turun," kata Wapres pada Jumat petang.

Wapres mengatakan pelemahan nilai mata uang Rupiah yang mencapai Rp13.964 per Dolar AS di pasar valuta asing karena terdapat sejumlah kekhawatiran kenaikan harga dolar pada Sabtu.

Menurut Kalla, pemerintah akan mengurangi pemakaian mata uang Dolar AS untuk mendongkrak nilai Rupiah.

"Terus Impor tentu harus diturunkan. Kemudian, diusahakan ekspor tapi tidak mudah. Karena itu produksi dalam negeri lah harus naik," jelas Wapres.

Sementara itu, Luhut menjelaskan pemerintah juga perlu menjalankan program pembangunan dalam negeri secara selaras.

"Kekompakan, itu satu. Kedua tadi, sama apa namanya program yang dikerjakan. Jadi jangan sampai ada yang beda-beda," kata Luhut terkait upaya menjaga perekonomian yang ditemui usai bertemu Wapres pada Jumat sore.

Luhut mengatakan pemerintah perlu menjaga langkah pembangunan untuk mengatasi krisis ekonomi global.

Menko juga meminta media untuk membuat berita yang lengkap tentang keadaan ekonomi sehingga meningkatkan rasa optimis bagi ekonomi dalam negeri.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi bergerak melemah sebesar 29 poin menjadi Rp13.914 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.885 per dolar AS.

Bank Indonesia akan menerapkan beberapa strategi antara lain memperkuat pengelolaan likuiditas rupiah di pasar uang, melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder, dan mengubah mekanisme lelang Reverse Repo (RR) SBN dari "variable rate tender" menjadi "fixed rate tender".

Pewarta: Bayu Prasetyo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015