Makkah (ANTARA News) - Jemaah calon haji Indonesia diimbau tidak langsung kembali ke pemondokan pasca-Shalat Isya di Masjidil Haram, guna menghindari penumpukan penumpang Bus Shalawat. Hal itu dikemukan Kepala Daerah Kerja (Daker) Makkah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 1436H/2015M, Arsyad Hidayat, di Makkah, Arab Saudi, Minggu malam, usai inspeksi ke terminal Bus Shalawat di Syib Amir.

"Saya imbau agar jemaah jangan bersamaan pulang setelah Isya. Ini kesempatan bagi jamaah untuk Thawaf dan baca Al Quran di Masjid," ujar Arsyad.

Apalagi, kata dia, selain jemaah Indonesia juga banyak jemaah dari negara lain, seperti Iran dan Turki yang ingin kembali ke pemondokan mereka masing-masing. Ribuan penumpang yang sebagian besar jemaah dari Indonesia itu terlihat menunggu Bus Shalawat di Terminal Syib Amir setelah menyelesaikan Shalat Isya di Masjidil Haram, sekitar pukul 21.15 Waktu Arab Saudi (WAS).

Arsyad menilai penumpukan penumpang Bus Shalawat di terminal tersebut hanya terkait soal pengaturan kepulangan saja, belum terlalu perlu untuk ditambah armadanya. "Kalau ditambah armada, saya khawatir malah makin macet, yang dibutuhkan pengaturan," katanya.

Pihaknya terus memantau perkembangan jumlah jemaah yang masuk Makkah. Transportasi Bus Shalawat, lanjut dia, sudah dihitung tingkat kepadatannya dengan perbandingan 1:500. Sementara itu, sejumlah penumpang mengaku ada yang menunggu lebih dari 30 menit di terminal untuk naik Bus Shalawat. "Saya terpaksa menunggu bus yang kosong karena tidak kuat berdiri. Maklum baru dua bulan lalu saya melahirkan," kata Empon jemaah dari Bandung, Jawa Barat.

Sementara itu, Hambali, jemaah dari OKU Timur yang menunggu Bus Shalawat nomor 7 (Syisyah 1 - Syib Amir) mengaku sudah menunggu hampir satu jam. "Apa tidak bisa ditelepon (pengemudi) busnya," kata penghuni pemondokan 627 itu kepada seorang petugas. Namun setelah Kepala Daker Arsyad Hidayat turun, mengambil keputusan bus yang penumpangnya sedikit dialihkan ke trayek lain, penumpukan penumpang terurai dalam hitungan kurang dari satu jam.

Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015