Tapi secara umum, Indonesia rupiahnya dalam keadaan baik. Dan kita harapkan ini kejadian yang sifatnya sementara
Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menegaskan bahwa pelemahan rupiah yang hingga kini mencapai lebih dari Rp14.000 per dolar AS, merupakan akibat dari dinamika ekonomi global.

"Kalau rupiah misalnya terjadi pelemahan itu, sebetulnya adalah bagian dari kondisi dunia," ujar Agus di sela pembukaan IBEX 2015 di Jakarta, Rabu.

Agus kembali menuturkan, depresiasi nilai tukar rupiah relatif lebih baik bila dibandingkan depresiasi mata uang negara lain. Jika di Brasil depresiasinya mencapai 44 persen dari Januari hingga Agustus 2015 dan Turki 25 persen, di Indonesia hanya 14 persen.

"Kalau Indonesia, (depresiasi) 14 persen itu karena memang faktor luar dan khususnya karena ada penguatan dolar dan ada rencana AS menaikkan tingkat bunga," kata Agus.

Ia menambahkan, ketidakpastian mengenai kapan The Fed akan menaikkan suku bunga, ditambah dengan kebijakan devaluasi Yuan oleh Tiongkok, membuat volatilitas rupiah semakin besar.

"Tapi secara umum, Indonesia rupiahnya dalam keadaan baik. Dan kita harapkan ini kejadian yang sifatnya sementara. Bank Indonesia selalu berada di pasar dan menjaga volatilitas selalu di batas yang baik," ujar Agus.

Dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah, Bank Indonesia sendiri sudah melakukan intervensi dengan konsekuensinya mengurangi cadangan devisa negara yang juga digunakan untuk pembayaran utang luar negeri Pemerintah.

Posisi cadangan devisa Indonesia akhir Agustus 2015 tercatat sebesar 105,3 miliar dolar AS, menurun 2,3 miliar dolar AS dibandingkan dengan posisi akhir Juli 2015 sebesar 107,6 miliar dolar AS.

Posisi cadangan devisa per akhir Agustus 2015 masih cukup membiayai 7,1 bulan impor atau 6,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015