Sebagian besar meminta (layanan katering) ditambah, tidak hanya sekali sehari, tetapi dua kali sehari,"
Mekkah (ANTARA News) - Pemerintah cq Kementerian Agama menyiapkan dua usulan atau pilihan untuk memenuhi permintaan jamaah agar layanan katering di Mekkah ditambah dari satu kali menjadi minimal dua kali.

"Sebagian besar meminta (layanan katering) ditambah, tidak hanya sekali sehari, tetapi dua kali sehari," kata Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin usai berdialog dengan para jamaah ketika mencoba Bus Shalawat maupun kunjungan ke sejumlah pemondikan yang ada di sekitar wilayah Syisyah, Mekkah, Selasa.

Permintaan tambahan layanan katering dikemukakan jamaah terkait kesulitan mereka menemukan penjual makanan ketika layanan katering makan siang mulai dihentikan hari ini (15/9).

Tahun ini untuk pertama kalinya Kementerian Agama (Kemenag) sebagai Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) memberikan makan siang kepada jamaah di Mekkah selama 15 kali.

Namun menjelang puncak haji di Arafah, layanan katering sementara dihentikan karena kepadatan lalu lintas di Mekkah yang tidak memungkinkan pengiriman makan siang tepat waktu. Oleh karena itu, jamaah harus membuat atau mencari makanan ke luar.

Padahal, menurut Lukman, tahun ini Pemerintah Arab Saudi makin ketat memberi izin penjualan makanan, terutama siap saji.

"Beda dengan tahun sebelumnya, tahun ini Pemerintah Arab Saudi semakin memperketat izin siapa saja yang berjualan makanan, karena harus dijaga kebersihannya," ujar dia.

Hal itulah yang menyebabkan jamaah tidak mudah menemukan penjual makanan di luar hotel mereka. Sementara kualitas pemondokan yang meningkat, yaitu standar hotel bintang tiga dan empat, menyebabkan banyak kamar tidak dilengkapi ruang untuk memasak sendiri.

"Tahun depan pilihannya bagi pemerintah ada dua. Pertama menambah frekuensi makanan bagi jamaah seperti di Madinah, sehari dua kali misalnya, kalau tidak bisa tiga kali, sehingga jamaah tidak sulit cari makanan," katanya.

Pilihan lain adalah bekerja sama dengan Pemerintah Arab Saudi agar memberikan kemudahan agar setiap hotel yang ditempati jamaah Indonesia diizinkan membuka semacam rumah makan, kantin, atau kafetaria, yang memungkinkan jamaah membeli makanan tidak jauh dari pemondokan mereka.

"Hal itu (layanan katering) akan menjadi perhatian kami ke depan," ujar Lukman. Penambahan layanan katering tersebut harus mendapat persetujuan dari DPR-RI karena terkait anggaran.

Tahun ini total jamaah calon haji Indonesia mencapai 168.800 orang yang terdiri dari 13.600 jamaah haji khusus dan 155.200 jamaah haji reguler. Jamaah haji reguler mendapat fasilitas pemondokan dari pemerintah yang tersebar pada 112 hotel di enam wilayah Mekkah yaitu Misfalah, Jarwal, Mahbas Jin, Raudhah, Syisyah, dan Aziziah.

Sementara itu, terkait layanan pemondokan, menurut Lukman, pihaknya tidak mendapat keluhan dari jamaah. Bahkan cenderung diapresiasi karena fasilitas kamar hotel yang bagus.

Meskipun diakuinya ada satu dua hotel yang dikeluhkan jamaah karena ada yang listriknya kadang mati dan pendingin udara dalam ruang (AC) yang tidak berfungsi dengan baik.

"Kalau ada keluhan fasilitas hotel segera laporkan ke petugas, agar bisa ditindaklanjuti ke pemilik hotel," ujar Lukman.

Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015