Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua MPR, Mahyudin, mengkhawatirkan Indonesia hanya akan menjadi pasar negara lain saat Mayarakat Ekonomi Asean diberlakukan pada akhir tahun ini.

"Kita gagah-gagahan memasuki era MEA. Padahal Indonesia hanya menjadi potensial market. Berapa penduduk Malaysia? Berapa penduduk Singapura? Indonesia yang berpenduduk besar menjadi potensial market dari negara lain," katanya di Universitas Asyafiiyah, Bekasi, Senin.

Mahyudin memberi contoh defisit perdagangan antara Indonesia dan Tiongkok. Dalam perdagangan kedua negara, Indonesia defisit miliaran dolar.

"Maka, kurs rupiah pun merosot, mencapai Rp 14.000 lebih," ujarnya melalui keterangan tertulis MPR.

Mahyudin mengapresasi langkah pemerintah yang mengatasi gejolak rupiah dengan mengeluarkan kebijakan jangka pendek dan jangka panjang untuk memperkuat rupiah.

Selain itu menurut dia, dalam menyongsong MEA, para mahasiswa perlu mendalami ideologi Pancasila sehingga memiliki nasionalisme yang kuat.

"Kita bangun rasa nasionalisme. Kita bangkitkan kebanggaan pada Tanah Air. Buat diri kita bangga terhadap Indonesia. Kalau nasionalisme itu tidak ditumbuhkan, Indonesia hanya menjadi pasar bagi negara lain," tegasnya.

Dalam konteks itu, Mahyudin setuju dengan kebijakan pemerintah yang meletakkan perguruan tinggi di bawah kementerian riset.

"Perguruan tinggi memang harus berorientasi riset, tidak hanya mencetak sarjana. Dengan riset maka akan memotivasi kalangan muda bangkit membawa Indonesia menjadi negara yang dibanggakan. dan menumbuhkan rasa cinta Tanah Air," katanya.

Kedatangan Wakil Ketua MPR Mahyudin ke Universitas Asyafiiyah adalah dalam rangka membuka sosialisasi Empat Pilar MPR kerjasama antara MPR dan Fakultas Ekonomi. Sosialisasi diikuti sekitar 450 mahasiswa menampilkan narasumber Abdul Malik Haramayn (Fraksi PKB) dan Hardisoesilo (Fraksi Golkar).

Pewarta: Try Reza Essra
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015