Jenewa (ANTARA News) - Presiden FIFA Sepp Blatter dan Presiden UEFA Michel Platini tengah diselidiki komite etik independen FIFA dan terancam dibebastugaskan, lapor sejumlah media seperti dikutip AFP.

Mingguan Swiss Schweiz am Sonntag melaporkan bahwa mereka memiliki informasi yang menunjukkan kedua orang terkuat dalam sepak bola dunia itu berada di bawah pengawasan komite etik dan akan segera dibebastugaskan.

Juru bicara komite etik Andreas Bantel enggan mengomentari hal itu.

"Jika ada kecurigaan awal, bagian penyelidikan menginisiasi sebuah prosedur resmi," kata dia seraya menandaskan bahwa aturan diterapkan kepada semua orang dalam sepak bola, tak peduli posisi atau namanya.

Media massa Inggris juga melaporkan bahwa komite etik FIFA telah membuka penyelidikan kepada Blatter yang sekarang berumur 79 tahun dan Platini (60 tahun) yang adalah bekas sekutu Blatter.

Skandal korupsi gila-gilan yang menerjang sepak bola dunia sejak Mei lalu telah mengarah ke puncak badan sepak bola dunia ketika pihak berwenang Swiss menyatakan Blatter berada di bawah investigasi kriminal.

Platini yang menjadi favorit pengganti Blatter tengah diselidiki atas pembayaan dua juta dolar AS. Jika dibebastugaskan, Platini bisa dilarang mengikuti pemilihan Presiden FIFA 26 Februari mendatang.

Sudah berbulan-bulan lamanya penyelidikan berlangsung menyusul penggerebekan di Zurich pada 27 Mei yang mengantarkan 14 lebih pejabat sepak bola dan pemasaran olah raga ditahan.

Jaksa Swiss menyatakan Blatter diselidiki untuk perkara penjualan hak siar Piala Dunia sekitar 2005 kepada Caribbean Football Union yang dijalankan mantan sekutunya Jack Warner, dan ternyata kesepakatan ini merugikan FIFA.

Blatter dituding mengeluarkan pembayaran dua juta dolar AS kepada Platini pada Februari 2011 untuk tugas pria Prancis itu untuk FIFA antara 1999 dan 2002.

Swiss menyatakan Blatter telah ditanyai sebagai tersangka.

Pangeran Ali bin al Hussein, calon lain pengganti Blatter, kecurigaan adanya miskelola kriminal oleh para petinggi puncak FIFA menggambarkan bahwa FIFA perlu kepemimpinan baru yang bisa merestorasi kredibilitas FIFA, demikian AFP.



Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015