Jerusalem (ANTARA News) - Polisi Israel menangkap 20 orang --Palestina dan Yahudi-- selama bentrokan di sekitar tempat bergolak di Al-Haram Asy-Syarif (Bukit Knisah) di Jerusalem Timur sepanjang Selasa (29/9), kata juru bicara polisi kepada Xinhua.

Di antara mereka yang ditangkap, beberapa adalah remaja Palestina dari Jerusalem Timur yang dicurigai melempar batu, serta beberapa perempuan Palestina yang diciduk karena melakukan perbuatan yang tidak layak.

Di antara orang yang ditangkap juga terdapat seorang remaja Yahudi yang dicurigai menyemprotkan gas air mata ke seorang perempuan Palestina.

Beberapa orang menderita luka ringan dalam bentrokan itu, termasuk seorang wisatawan yang terkena batu di Jabal Az-Zaitun.

Bentrokan telah terjadi hampir setiap hari dalam tiga pekan belakangan, terutama antara pemrotes Palestina di sekitar Al-Haram Asy-Syarif, pegiat ekstremis Yahudi dan pasukan keamanan Israel.

Pasukan keamanan Israel disiagakan di Jerusalem untuk menghadapi kemungkinan peningkatan bentrokan, sementara upacara agama Yahudi diperkirakan berlangsung di Tembok Ratapan pada Rabu. Polisi juga menambah personel dengan mengerahkan ratusan petugas di kota itu, kata seorang juru bicara polisi kepada Xinhua.

Banyak orang Yahudi yang beribadah berencana tiba di Tembok Ratapan (Western Wall), di kaki Al-Haram Asy-Syarif, untuk merayakan "Pemberkatan Pendeta", upacara yang dilaksanakan oleh umat Yahudi pada hari raya Sukkot (Tabernacles).

Polisi Israel memberlakukan larangan terhadap umat Muslim untuk beribadah, setelah rekaman pada Ahad malam (27/9) memperlihatkan pemrotes Palestina menimbun petasan, bom molotov dan batu di tengah bentrokan di Masjid Al-Aqsha. Cuma orang yang berusia lebih dari 50 tahun diperkenankan shalat di Masjid Al-Aqsha.

"Temple Mount", yang dikenal oleh umat Muslim dikenal dengan nama Al-Haram Asy-Syarif, adalah lokasi Masjid Al-Aqsha dan Tembok Ratapan --yang dipercaya oleh umat Yahudi sebagai peninggalan Kuil Kedua.

Setelah Israel merebut Jerusalem Timur dan Tepi Barat dari Jordania dalam Perang Timur Tengah 1967, Israel dan Jordania mencapai apa yang disebut kesepakatan "status quo", yang telah diejawantahkan ke dalam kesepakatan perdamaian 1994 antara kedua negara.

Menurut kesepakatan itu, orang Yahudi dapat mengunjungi Al-Haram Asy-Syarif tapi tidak beribadah di sana, dan dapat beribadah di Tembok Ratapan di kaki Bukit tersebut.

Namun pegiat ekstremis sayap-kanan Yahudi berusaha mengubah keadaan, dan melakukan kunjungan provokatif ke tempat suci umat Muslim itu, bersama dengan politisi sayap-kanan Israel.

Kunjungan tersebut makin menyulut ketegangan yang sudah berkobar; orang Palestina dan umat Muslim di seluruh dunia khawatir Israel akan berusaha merampas tempat itu dan memaksa warga Muslim keluar dari sana.

(C003)

Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015