Borobudur, Jateng (ANTARA News) - Suguhan beberapa nomor musik gergaji oleh Iwan "Kidung Kelana" Raditya Putra dari Surabaya menyemarakkan pementasan Forum Kilometer Nol Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dengan mendapatkan apresiasi penonton, termasuk wisatawan mancanegara.

"Musik ini mengagumkan, musik gergaji ini indah. Kami memberikan apresiasi," kata seorang wisatawan asal Argentina, A Mateas, saat sarasehan tentang pementasan sesi pertama musik gergaji itu di Borobudur, Minggu (11/10) hingga menjelang tengah malam.

Setelah pernyataannya tersebut mendapatkan respons balik dari Iwan bahwa asal-usul musik gergaji dari para tukang kayu di Argentina pada 1700, Mateas kemudian berseloroh tentang bintang sepak bola negeri itu, Lionel Messi, yang makin tenar bila mendengarnya.

"Kalau Messi menonton pementasan ini, dia akan menciptakan gol lebih banyak lagi," katanya yang disambut tertawa publik penonton pementasan musik gergaji di Rumah Buku Dunia Tera di Jalan Balaputera Dewa Borobudur, sekitar 500 meter timur Candi Borobudur itu.

Pada pementasan putaran ketujuh FKN Borobudur itu, Iwan menyuguhkan sejumlah nomor instrumental menggunakan gergaji yang dimainkan dengan penggesek biola sambil tangan kirinya memainkan ujung gergaji untuk mendapatkan bunyi yang meliuk-liuk sehingga menimbulkan irama yang khas.

Beberapa nomor musik dimainkannya dengan didampingi penggubah musik Endi Gilapgong, antara lain berjudul "Frozen", "First Step", "Sky Land", dan "Journey".

Pada sesi terakhir pementasannya atau setelah sarasehan musik gergaji dipandu perupa FKN Borobudur Arif Sulaeman secara "kocak", ia berkolaborasi dengan seniman puisi lagu, Untung Basuki, menyuguhkan sejumlah nomor musik dengan spontan.

Iwan yang berasal dari Yogyakarta dan kemudian pada 2001 hijrah ke Surabaya, serta pengagum komponis musik kontemporer Slamet Abdul Syukur (almarhum) dan musik-musik karya Sapto Raharjo (almarhum) itu, mengemukakan tentang proses mengeksplorasi perkusi menjadi musik sejak 1995 dan kemudian mulai 2012 menemukan gergaji yang secara khusus untuk dia berolah seni musik.

Pencariannya itu, katanya, tidak lepas dari penelusuran melalui dunia maya dan kemudian berlatih diri secara sungguh-sungguh untuk bisa memainkan karya-karya musik gergaji dalam berbagai kesempatan pementasan.

Ia menjelaskan sejak 1921 makin berkembang musik gergaji, sedangkan selama Perang Dunia I musik itu terkesan menghilang, dan pada 1980 eksplorasi musik gergaji diproduksi lagi. Dia menyebut hingga saat ini, di Indonesia hanya beberapa seniman musik yang mengeksplorasi gergaji untuk bermusik.

Beberapa catatan pemetasan musik gergaji Kidung Kelana, antara lain dalam "Festivla" (Forum Pencipta Lagu Muda Yogyakarta/2014), "Paradance" (Kolaborasi bersama karya tari Nia Agustina dan Project Matematarika Yogyakarta/2014), "Slendro" (Program siaran musik di JTV Surabaya/2014), "Kenali Lebih Dekat Musisi Gergaji" (Program TV di SBO TV Surabaya, tampil bersama gitaris satu jari, Mr. D.), "Satus Persen Jatim" (JTV Surabaya/2014).

Selain itu, "Fuzzion Jazz Area" (SBO TV Surabaya/2014), "Gemes" (JTV Surabaya/2014), "Pertemuan Musik Surabaya" (2014), HUT Ke-25 Harian Surya Surabaya (2014), dan "Art Music Today Yogyakarta" (2015).

Iwan "Kidung Kelana" Raditya Putra pada 2014 dan 2015 diundang ke "New York Musical Saw Festival", serta pada Juni 2015, namanya muncul dalam publikasi sebagai salah satu penampil di "European Musical Saw Festival" di Vienna, Austria.

"Karena satu dan lain hal, saya berhalangan hadir di tiga acara itu. Tetapi dengan musik gergaji ini, saya bisa menemani isteri dan anak-anak saya, serta yang penting saya bisa membangun semangat persaudaraan dengan banyak orang," katanya.

Pementasan putaran ketujuh FKN Borobudur yang antara lain disaksikan budayawan Komunitas Lima Gunung Kabupaten Magelang Sutanto Mendut itu, juga menyuguhkan beberapa karya puisi lagu oleh seniman Untung Basuki dari Yogyakarta.

Pewarta: M. Hari Atmoko
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015