Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menegaskan penerbitan paket kebijakan ekonomi dilakukan pemerintah untuk menjaga fundamental perekonomian nasional dari tantangan global yang dinamis.

"Kami mencoba meningkatkan aktivitas ekonomi melalui investasi dan belanja modal pemerintah agar perekonomian mulai bergerak positif," kata Darmin dalam sambutan sosialisasi paket kebijakan ekonomi di Jakarta, Kamis.

Darmin menjelaskan paket kebijakan yang telah terbit dalam tiga jilid dirumuskan pemerintah setelah melihat adanya perlambatan, akibat gejolak ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat dan Tiongkok sejak awal 2015.

Kondisi tersebut yang menyebabkan kinerja ekspor nasional melambat dan arus modal mulai keluar dari Indonesia sehingga membuat kurs rupiah terhadap dolar AS cenderung melemah hingga akhir September.

"Menghadapi situasi ini, ekspor sumber daya alam tiba-tiba merosot dan ada gejala AS mau menaikkan tingkat bunga. Persoalannya jadi terakumulasi yakni pertumbuhan ekonomi melambat dan gejolak kurs yang telah terjadi setahun belakangan," katanya.

Untuk itu, paket kebijakan tersebut diterbitkan guna menjaga kinerja sektor investasi ketika ekonomi sedang melambat dan mempercepat realisasi belanja APBN agar lebih optimal dalam mendukung pembangunan.

Darmin mengakui terlalu banyak peraturan yang harus direvisi dalam paket kebijakan jilid pertama sehingga pasar sempat merespons negatif inisiatif pemerintah untuk memperbaiki kinerja ekonomi tersebut.

"Paket pertama pada September awal itu memang agak terlalu ambisius, karena begitu banyak peraturan. Kami buat untuk meyakinkan masyarakat dan pasar bahwa kami serius. Namun pasar membacanya lain," katanya.

Namun, penerbitan paket kebijakan jilid kedua dan ketiga, kata Darmin, lebih berdampak dalam jangka pendek dan lebih praktis dalam menjawab persoalan seperti perizinan investasi yang lama, sehingga pasar bereaksi lebih positif.

Menurut Darmin, respons positif dari penerbitan paket kebijakan itulah yang membuat kurs rupiah kembali menguat dalam beberapa hari terakhir, selain karena adanya penundaan kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed).

"Kemarin rupiah melemah karena kita tidak meyakinkan pasar. Ini kami benahi. Negara lain juga mata uangnya menguat (terhadap dolar AS), tapi yang paling cepat menguat adalah negara yang menyiapkan perbaikan ekonomi paling meyakinkan. Itu yang kami coba lakukan," jelasnya.

Sebelumnya, pemerintah telah menerbitkan paket kebijakan ekonomi jilid III pada Rabu (7/10) yang antara lain meliputi penurunan harga BBM, listrik dan gas, perluasan penerima KUR dan penyederhanaan izin pertanahan untuk penanaman modal.

Paket kebijakan ekonomi tersebut merupakan kelanjutan paket kebijakan ekonomi jilid I dan II yang telah diumumkan pada September 2015, yang diantaranya merupakan deregulasi peraturan untuk perbaikan iklim investasi dan percepatan proyek pembangunan.

Garis besar penerbitan paket kebijakan ekonomi tersebut adalah mempercepat pengembangan ekonomi makro yang kondusif, menggerakkan ekonomi nasional, melindungi masyarakat berpenghasilan rendah serta menggerakkan ekonomi pedesaan.

Serangkaian paket kebijakan ini diterbitkan pemerintah untuk mengatasi perlambatan ekonomi, sebagai akibat ketidakpastian perekonomian global, sekaligus untuk memperkuat daya saing dan struktur ekonomi Indonesia.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015