Kan ini perlu dibicarakan, sehingga teknis saat pemakaman bisa berjalan baik."
Jayapura (ANTARA News) - Bupati Pegunungan Bintang (Pegubin), Papua, Welington Wenda, mengemukakan akan menggelar pertemuan dengan para pemangku kepentingan guna membahas 14 korban Trigana Air PK-YRN jenis ATR 42 yang belum teridentifikasi pasca-kecelakaan 16 Agustus 2015.

"Ke depan, kita harus rapat lagi, antara Pemerintah Kabupaten Pegunungan Bintang, Polda Papua, Trigana Air dan tokoh-tokoh agama guna membahas soal 14 korban Trigana Air," katanya di Kota Jayapura, Papua, Sabtu.

Menurut dia, pada Kamis pekan lalu di Mapolda Papua dirinya bersama perwakilan pimpinan Trigana Air dan tokoh-tokoh agama dipanggil guna membahas 14 korban yang belum teridientifikasi, dan masih berada di RS Bhayangkara.

"Pada pertemuan itu, kami mendapat penealasan bahwa 14 korban Trigana Air yang jatuh pada pertengahan Agustus lalu di sekitar Bukit Oksob, Pegunungan Bintang, agak sulit diidentifikasi," katanya.

Oleh karena itu, Polda Papua mengusulkan untuk belasan korban itu dapat dimakamkan secara massal.

Namun, Welington menyatakan, untuk memutuskan dimakamkan secara massal perlu dibicarakan secara baik melibatkan pemangku kepentingan, terutama dengan para tokoh agama dan keluarga korban Trigana Air.

"Saya sendiri tidak mau putuskan secara sepihak, tetapi sebagai wakil pemerintah daerah, dan juga pihak Trigana Air sepakat dengan menyarankan agar hal itu diberikan kesempatan kepada tokoh-tokoh agama yang berbicara terlebih dahulu kepada keluarga korban," katanya.

Ia pun mengemukakan, bila ada kata sepakat, maka masih perlu dibahas bagaimana soal teknis pemakaman massal, misalnya untuk doa saat para korban dimakamkan dalam satu liang lahat.

"Kan ini perlu dibicarakan, sehingga teknis saat pemakaman bisa berjalan baik. Misalnya, para korban dalam satu liang lahat dikubur, yang doa duluan dari pemuka agam Kristen Protestan, lalu Khatolik dan Islam, atau sebaliknya," katanya.

Berkaitan dengan lokasi pemakaman, ia mengatakan bahwa ada pembahasan bukan di Pegunungan Bintang, tetapi di Sentani, Kabupaten Jayapura.

"Soal tempat pemakaman itu di Sentani, Bupati Jayapura telah menyetujui dan memberikan lokasi. Sedangkan, untuk asuransi kepada para korban pesawat, Trigana Air telah berikan dan siapkan, termasuk kami dari pemerintah sedang membuat akte kematian untuk administrasi kepengurusan asuransi," katanya.

Selain itu, Pemerintah Kabupaten Pegunungan Bintang telah memberikan santunan.

"Beberapa waktu lalu, kami telah siapkan dana sebesar Rp200 juta, dan saya bersama staf langsung keliling ke rumah keluarga korban di Jayapura. Total ada 27 tempat dan langsung diberikan," ujarnya.

Welington pun menambahkan, "Kalau saat pencarian korban pesawat ketika jatuh waktu itu, pemerintah daerah menyiapkan dana sebesar Rp5 miliar dan dari BPBD Rp1 miliar."

Pesawat Trigana Air yang dipiloti Hasanudin membawa 54 penumpang dan awak pesawat jatuh di sekitar Bukit Oksob, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.

Pewarta: Alfian Rumagit
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2015