Jakarta (ANTARA News) - Langkah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menggagas penyelenggaraan konferensi ulama Islam untuk menyelesaikan sengketa Timur Tengah merupakan hal tepat dan perlu dihargai. "Apa yang digagas Yudhoyono merupakan usulan simpatik. Artinya, Indonesia ingin serius lebih giat menyelesaikan sengketa di Timur Tengah," kata pengajar ilmu komunikasi Fakultas Hubungan Internasional khusus Timur Tengah Universitas Indonesia (UI) Kamarudin kepada ANTARA News di Jakarta, kemarin. Menurut Kamarudin, selama ini, keseriusan Indonesia turut menyelesaikan sengketa Timur Tengah lebih ke arah wacana saja. Oleh karena itu, rencana presiden menyelenggarakan konferensi ulama Islam harus diapresiasi dengan baik, katanya. Dia mengatakan, Indonesia sebagai negara dengan jumlah umat Islam terbesar secara moral dituntut ikut membantu menyelesaikan sengketa di negara Islam Timur Tengah, seperti, Irak, Palestina, Libanon, dan Afganistan. Mengenai sengketa aliran antara Sunni dan Syiah di Irak, Kamarudin khawatir terjadi efek domino jika sengketa itu tidak segera diredam dan negara Islam dengan masyarakat Sunni dan Syiah akan terkena dampak. "Agar tidak terjadi konflik di negara Islam, sengketa di Timur Tengah, khususnya antara Sunni dan Syiah, perlu segera disudahi," katanya. Dia yakin, negara berniat membantu menyelesaikan sengketa di sana dapat mengendalikan keterlibatan masing-masing. Dia mengatakan, sengketa di Timur Tengah merupakan kegagalan PBB dalam menjaga ketertiban dunia. Kamarudin menganggap Amerika Serikat mutlak gagal di Irak, sehingga harus mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukan di Irak. "Amerika ibaratnya telah menjadi buah pare dalam panggung internasional," katanya menyitir sebuah ungkapan. Sementara itu, saat menanggapi perkataan Presiden, yang akan meminta pemimpin Nahdlatul Ulama dan Muhammadyah merancang konferensi tersebut, Kamarudin mengatakan itu sudah sewajarnya, karena keduanya adalah organisasi Islam terbesar Indonesia. "Rumusan mereka sangat diperlukan untuk membantu memecahkan sengketa di Timur Tengah," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007