Keberadaan `Tetenger Erupsi Merapi 2010` ini menjadi sebuah situs yang mengingatkan kita semua akan dahsyatnya erupsi Gunung Merapi yang pernah terjadi di wilayah kita ini,
Sleman (ANTARA News) - Penjabat Bupati Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta Gatot Saptadi bersama Kepala Mitigasi Gempa Bumi dan Gerakan Tanah Subandriyo melakukan peletakan batu pertama pembangunan "Tetenger" erupsi Gunung Merapi di Dusun Bakalan Argomulyo, Cangkringan, Rabu.

Penjabat Bupati Sleman Gatot Saptadi mengatakan bahwa "Tetenger" atau monumen penanda erupsi Merapi 2010, sebagai penanda atas musibah erupsi yang telah melanda wilayah Sleman lima tahun lalu.

"Keberadaan Tetenger Erupsi Merapi 2010 ini menjadi sebuah situs yang mengingatkan kita semua akan dahsyatnya erupsi Gunung Merapi yang pernah terjadi di wilayah kita ini, semoga dengan berdirinya tetenger erupsi ini dapat menjadi pengukuh semangat serta pemersatu langkah bagi semua pihak baik pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam menyiapsiagakan diri untuk mengantisipasi dampak bencana serupa yang mungkin akan terjadi di kemudian hari," katanya.

Dia mengatakan pada 26 Oktober hingga 5 November 2010, semua masyarakat lereng Gunung Merapi merasakan bagaimana dahsyatnya erupsi Gunung Merapi, yang kemudian mengakibatkan sekitar 3.000 rumah tersapu awan panas, lebih dari 3.000 ekor ternak mati, 398 jiwa meninggal dunia, dan lebih dari 800 orang kehilangan usahanya dan juga menyebabkan lumpuhnya perekonomian.

"Selain itu erupsi Merapi telah menyebabkan kerusakan dan kerugian yang tidak sedikit. Kerugian akibat erupsi Merapi ditaksir mencapai 5,407 triliun lebih. Angka kerugian dan kerusakan tersebut meliputi sektor permukiman, infrastruktur, sosial, ekonomi, dan lintas sektor," katanya.

Ia mengatakan erupsi Merapi juga telah meluluhlantakkan lebih dari 25 dusun di lima desa di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman.

Sebanyak 2.613 keluarga, katanya, kehilangan tempat tinggalnya dan yang lebih parah lagi, tidak semua lahan dapat ditinggali lagi karena masuk dalam kawasan rawan bencana (KRB) III.

"Hingga perbaikan di segala sektor di lakukan Pemerintah Kabupaten Sleman bersama masyarakat dengan dukungan berbagai pihak, baik dalam segi struktural maupun nonstruktural, sehingga Kabupaten Sleman dapat segera pulih dari dampak erupsi merapi yang lalu," katanya.

Gatot juga mengimbau kepada seluruh masyarakat Sleman untuk terus mau berpartisipasi dalam program kegiatan yang pemerintah canangkan dalam upaya kesiapsiagaan bencana sebagai upaya bersama dalam mengurangi risiko bencana.

Kepala Mitigasi Gempa Bumi dan Gerakan Tanah Dr Subadriyo menyampaikan bahwa belum ada bencana yang sedahsyat letusan Gunung Merapi, karena pengungsinya mencapai 500.000 orang lebih yang terjadi pada 2010.

"Sementara akibat letusan tersebut material yang diluncurkan akibat letusan luar biasa banyaknya. Namun demikian muntahan lahar tersebut jangan dipandang hanya sebagai galian C, tetapi sebagai keseimbangan lingkungan. Kalau muntahan tersebut diambil tanpa batas maka dikawatirkan akan timbul bencana lagi, karena tidak adanya keseimbangan alam. Mengelola Merapi ke depan harus totalitas agar tidak terjadi bencana yang dahsyat lagi," katanya.

Ia mengatakan untuk membangun "Tetenger Erupsi Merapi 2010" di Dusun Bakalan Argomulyo tersebut, menelan biaya hampir Rp150 juta, yang merupakan bantuan COV 8. "Pembangunan tetenger tersebut dipihaktigakan," kata Subadriyo. 

Pewarta: Victorianus SP
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015