Paris (ANTARA News) - Intelijen Amerika Serikat menyiarkan sebuah laporan yang menunjukkan bahwa Mei lalu mereka sudah memperingatkan bahwa ISIS memiliki kemampuan untuk melancarkan serangan terkoordinasi dalam skala besar yang kemudian terjadi di Paris.

Penilaian dari Badan Intelijen dan Analisis (OIA), berkoordinasi dengan FBI, secara khusus merujuk kepada dalang serangan teror Paris Abdelhamid Abaaoud sebagai pemimpin jaringan (ringleader) dari para perancang teror Belgia dan memperingatkan Eropa mengenai risiko lebih sering diserang dibandingkan dengan Amerika Serikat.

Abaaoud sebelumnya dianggap berada di Suriah setelah kabur menghindari razia di negeri asalnya Belgia belum lama tahun ini.

ISIS merilis video baru yang mengancam New York, secara khusus Times Square, kendati polisi menyatakan bahwa tidak ada ancaman nyata dan khusus.

Beberapa jam setelah Presiden Francois Hollande mendesak bangsanya untuk tidak melakukan aksi anti-muslim atau anti-semit menyusul serangan teror itu, seorang guru Yahudi ditikam di Marseille oleh tiga orang yang mengeluarkan umpatan-umpatan anti- Yahudi dan menyatakan dukungan kepada ISIS.

Prancis telah dua kali diserang pada kurang dari setahun ini. Januari silam, orang-orang militan bersenjata membunuh 17 orang di kantor majalah satir Charlie Hebdo, di jalan-jalan dan di sebuah pasar swalayan Yahudi.

Karena mengkhawatirkan kondisi keamanan itu, pemerintah Prancis membatalkan dua unjuk rasa besar yang akan berlangsung pada 29 November dan 12 Desember, beberapa hari sebelum dan sesudah KTT Iklim PBB yang diadakan di luar kota Paris, demikian AFP.


Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015