Saya tidak sedang berada di AS ketika tragedi Paris terjadi, tetapi saya memantau dan mengikuti perkembangannya dari teman-teman saya yang ada sana (AS). Semua baik-baik saja, interaksi sosial antara warga Muslim dan non-Muslim di AS berjalan normal,
Jakarta (ANTARA News) - Akademisi dari University of California (UCR), Riverside, AS, Muhamad Ali mengatakan aksi teror berupa penembakan dan bom bunuh diri yang terjadi pada Jumat (13/11) di Paris, Prancis, tidak mempengaruhi kehidupan sehari-hari warga Muslim di AS.

"Saya tidak sedang berada di AS ketika tragedi Paris terjadi, tetapi saya memantau dan mengikuti perkembangannya dari teman-teman saya yang ada sana (AS). Semua baik-baik saja, interaksi sosial antara warga Muslim dan non-Muslim di AS berjalan normal," ujarnya dalam diskusi berjudul "Experiencing Islam in America" di Pusat Kebudayaan AS @america, Jakarta, Kamis.

Menurut dia, semua imam-imam Islam di AS mengecam dan mengutuk tindakan terorisme di Paris yang dilakukan kelompok bersenjata ISIS dan mengakibatkan 129 orang tewas serta 352 orang lainnya luka-luka.

Dalam keseharian serangan teror di Paris tidak terlalu berpengaruh terhadap kehidupan sosial warga Muslim di AS meskipun pemberitaan negatif dan cap buruk tentang Islam kembali marak diberitakan di berbagai media setelah peristiwa itu.

"Prinsipnya, kalau mereka punya teman seorang Islam, pemberitaan negatif tentang Islam tidak akan mempengaruhi pemahaman, pemikiran, dan persepsi mereka tentang Islam. Hubungan personal jauh lebih penting dibandingkan pemberitaan media," ujar pria yang sehari-hari mengajar di Fakultas Kajian Timur Tengah dan Islam UCR itu.

Menurut dia, warga AS sudah sangat terbuka dalam memahami bahwa tindakan terorisme dan ekstremisme atas nama Islam tidak merepresentasikan umat Muslim secara umum.

Hal itu, kata Muhamad, sesuai dengan pernyataan senator AS dari negara bagian Minnesota Keith Ellison yang mengatakan, "Jangan karena aksi terorisme di Paris maka AS menjadi tertutup dan sewenang-wenang seolah-olah semua orang Islam atau Timur Tengah akan melakukan kekerasan serupa".

Pewarta: Yashinta Difa P.
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015