Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia menilai bantuan likuiditas dari Tiongkok kepada Indonesia melalui skema bilateral swap currency arrangement sebesar 20 miliar dolar AS, akan membantu memperkuat likuiditas di tengah kondisi ekonomi global yang tidak pasti saat ini.

Gubernur BI Agus Martowardojo menyambut baik bilateral swap currency arrangement yang sebelumnya mencapai 15 miliar dolar AS itu.

"Ini bagian dari second line of defense, jika ada tekanan bisa jadi semacam liquidity support (bantuan likuiditas)," ujar Agus di Jakarta, Jumat.

Menurut Agus, dengan adanya bantuan likuiditas tersebut, mengindikasikan kepercayaan dari investor terhadap Indonesia kini semakin baik seiring dengan perbaikan ekonomi domestik.

"Konfidensi itu tercermin dari depresiasi rupiah yang pada Agustus lalu mencapai 19 persen (ytd), sekarang depresiasinya mencapai 10 persen (ytd), ini tunjukkan konfiden," kata Agus.

Di sela-sela KTT G20 Pemerintah Indonesia dan Tiongkok melakukan pertemuan bilateral. Selain dukungan likuiditas, Tiongkok juga berkomitmen melakukan investasi bidang infrastruktur dan sektor manufaktur.

Tiongkok juga berkomitmen mendukung pembiayaan pembangunan infrastruktur di Indonesia melalui Asia Investment and Infrastructure Bank (AIIB) yang juga beperan dalam manajemen maupun pengembangan proyek.

Agus juga menyambut baik paket-paket kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dan OJK, yang dinilai dapat membantu membangun kepercayaan investor terhadap Indonesia.

"Salah satu yang betul betul membangun kepercayaan yakni pemberian suatu fasilitas pengurangan pajak bagi DHE (devisa hasil ekspor) yang ditanamkan dalam deposit valas dan rupiah di Indonesia," ujar Agus.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015