Jakarta (ANTARA News) - PT PLN (Persero) memperkirakan pengoperasian kapal pembangkit listrik Amurang berkapasitas 120 MW di Sulawesi Utara dan Gorontalo dapat menghemat pemakaian bahan bakar hingga Rp350 miliar per tahun.

"Penghematan Rp350 miliar per tahun dari kapal pembangkit ini," kata Direktur Utama PLN Sofyan Basir usai peresmian kapal tersebut oleh Presiden Joko Widodo di Pelabuhan Nusantara Tanjung Priok, Jakarta, Selasa.

Hadir pula saat peresmian Menteri ESDM Sudirman Said dan Menteri BUMN Rini Soemarno.

Sofyan mengatakan, penghematan tersebut didapat dari selisih antara PLN membeli listrik berbahan bakar minyak bakar (heavy fuel oil/HFO) dari kapal tersebut sebesar Rp870 per kWh dan jika menggunakan PLTD solar yang bisa mencapai Rp1.850 per kWh.

Selain BBM, kapal tersebut juga bisa dioperasikan dengan bahan bakar gas.

"PLTD terapung itu mahal dan kapasitasnya kecil. Terbatas. Sementara, kapal ini bisa menghidupkan listrik setengah kota," kata dia.

Kapal tersebut direncanakan mulai beroperasi pada 23 Desember 2015 untuk memasok kebutuhan listrik di Sulawesi Utara dan Gorontalo, setelah berlayar selama tujuh hari dari Jakarta.

Selain itu, Sofyan mengatakan kontrak kapal tersebut tidak terikat di satu daerah saja dan dapat dimanfaatkan di daerah lain setelah kebutuhan listrik di Sulut dan Gorontalo telah tercukupi.

Meskipun kebutuhan listrik akan terpenuhi di daerah tersebut setelah pengoperasian kapal pembangkit, ia mengimbau warga tetap menjalankan menghemat energi, karena juga akan mengurangi biaya rumah tangga.

Kapal pembangkit listrik buatan 2014 itu disewa PLN dari perusahaan asal Turki, Karadeniz Powership selama lima tahun.

Pembangkit itu akan ditempatkan di Amurang, Sulut, yang berdekatan dengan PLTU Amurang.

Selanjutnya PLN juga akan mendatangkan pembangkit serupa untuk melistriki empat lokasi lainnya, yakni Sumatera bagian utara (240 MW), Kupang (60 MW), Ambon (60 MW) dan Lombok (60 MW) secara bertahap.

Keunggulan kapal pembangkit listrik itu selain menurunkan biaya pokok penyediaan (BPP) listrik, adalah kemudahan relokasi yakni hanya perlu waktu 3-4 minggu sehingga lebih cepat memenuhi kebutuhan listrik di suatu daerah yang sedang mengalami defisit.

Sementara itu, CEO Karadeniz Holding Orhan Remzi Karadeniz mengatakan, kelima kapal pembangkit listrik tersebut nantinya dapat memasok tenaga listrik sebesar 540 MW dari total penyediaan 825 MW.

Ia berharap pengoperasian kapal pembangkit tersebut dapat membantu Indonesia mengatasi permasalahan kekurangan listrik.

"Kami berharap proyek 540 MW selama lima tahun yang kami tanda tangani bersama PLN akan berkontribusi besar terhadap permintaan listrik dan sektor industri di Indonesia," kata Orhan.

Pewarta: Dyah Dwi Astuti
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015