Jakarta (ANTARA News) - Aktivis penggiat Indonesia Tanpa Diskriminasi, Denny JA menulis sebuah puisi sebagai respon kasus "Papa Minta Saham".

Dalam siaran persnya di Jakarta, Selasa, Denny mengatakan, kasus tersebut dipotret dari kacamata seorang aktivis yang berjuang menegakkan reformasi.

"Tadinya ia berharap di era reformasi, korupsi bisa diatasi, dan politisi menjadi teladan, namun ia kecewa melihat kasus papa minta saham" ujarnya.

Puisi Papa Minta Saham
Denny JA

"Mengapa bisa terpilih pemimpin yang buruk?"
Itu keluhan aktivis Faruk
Kasus Papa Minta Saham yang kemaruk
Membuatnya garuk-garuk

Terbayang tahun 98, era reformasi
Berjuang bersama impikan demokrasi
Era baru akan mengganyang korupsi
Spirit baru musnahkan busuknya politisi
Itu yang dulu ia yakini

Namun kini disaksikannya jenis pemimpin yang sama
Reformasi membawa bau tengik serupa
Urat malu pemimpin yang sudah tiada
Walau mereka dipanggil yang mulia
Mengapa zaman tak kunjung berubah?
Seru Faruk mengumbar marah

(Mona dari tadi duduk saja terdiam
Faruk itu seniornya yang pendiam
Namun sore itu Faruk merah padam
Ia meledak geram)

"Mereka berkomplot, berjemaah"
Ujar Faruk Murka
"Merampok negara bersama
Kini mereka saling membela"

"Lihatlah peringai mereka
Merasa tak bersalah
Seolah culun dan bisa tertawa
Celakanya kita harus memanggilnya yang mulia"

"Ini kebusukan tanpa preseden
Berani mencatut nama presiden
mencatut nama wakil presiden
Ringan saja seperti penari sinden

(Mona tetap diam saja
Berdua duduk di beranda
Rapat aktivis baru saja reda
Kasus Papa minta saham menjadi agenda)

"Free Port hanya satu perkara
Di meja makan mereka, terhidang kue Indonesia
Mereka potong dan berbagi sesukanya
Dan berak di atas kepala kita"

(Mona tetap duduk tenang
Dibiarkannya seniornya mengerang
Faruk aktivis idealis
Kini mulai pesimis)

"Mereka ingin beli jet pribadi
Main golf acap kali
Sambil mereka berhappy- happy
Rileks sekali itu rencana korupsi"

"Mona, ujar Faruk meringis
Aku akan pensiun jadi aktivis
Hidup yang idealis
Membuatku seperti pengemis
Politik Indonesia membuatku pesimis"

(Mona kembali diam saja
Penuh kasih ia peluk seniornya
Ia memeluk luka yang menganga
Aktivis tua yang penuh kecewa)

Mona masih mahasiswi
Ia cinta ini ibu pertiwi
Berbeda dengan Faruk seniornya
Mona masih optimis dengan Indonesia

Bagi Mona yang baru tumbuh
Kasus "Papa Minta Saham" segera berlalu
Masa depan Indonesia masih beribu

Tak ada yang salah dengan reformasi
Tak ada yang salah dengan demokrasi
Justru karena ada kebebasan
Justru karena ada keterbukaan
Korupsi semakin dibuka
Ada KPK
Ada media

Sudah ada 343 kepala daerah menjadi tersangka
Sebagian sudah dipenjara
Ada bekas menteri di sana
Ada bekas ketua umum partai di sana
Bahkan ada bekas ketua MK di sana
Keadilan memang belum sempurna
Tapi sistem mulai bekerja

Para pejuang akan selalu lahir
Keberanian akan selalu hadir

Sekali lagi Faruk dipeluknya
Sambil lirih berkata
Singkat saja
Namun membuat Faruk terperangah
"Bang, jangan patah
Jangan sampai preman mengalahkan kita"

8 Des 2015

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015