Sukabumi (ANTARA News) - Empat dari enam penambang pasir PT Hasta Pasir diperkirakan tewas karena tenggelam di sebuah danau di Desa Titisan, Sukalarang, Sukabumi, Jabar, setelah tebing di dekat danau longsor dari ketinggian sekira 25 meter, Sabtu pagi pukul 04.15 WIB. Keempat korban itu hingga berita ini diturunkan belum ditemukan dan pihak perusahaan yakni PT Hasta Pasir bersama masyarakat setempat sedang berusaha mencarinya dengan menyedot air danau dengan pompa, wartawan ANTARA melaporkan dari lokasi kejadian. Empat penambang pasir yang masih hilang itu adalah Aam (40), Asep (25), Apen (35), dan Ade (33), sementara Encep Komarudin (26) yang berhasil menyelamatkan diri hanya mengalami luka-luka. Seorang lagi bernama Endang (30), selamat tanpa luka karena saat kejadian ia berada di pinggir danau. Aparat kepolisian setempat kini dengan sangat hati-hati berusaha mencari para korban karena kondisi medan masih membahayakan dan berpotensi terjadi longsor susulan. "Saya khawatir jika evakuasi dan pencarian dilakukan di dalam danau akan terjadi longsoran, sehingga korban longsor akan bertambah," kata Kapolsek Sukalarang, AKP Nusirwan di lokasi kejadian. Menurutnya, Polsek Sukalarang, menerjunkan sedikitnya 50 personel untuk membantu proses evakuasi. Menurut Encep Komarudin, salah satu korban selamat, kejadian itu bermula ketika ia bersama rekannya yang kini belum ditemukan itu sedang mencari batu di danau dan tiba-tiba tebing di dekat danau longsor menimpa air danau, sehingga mereka terhempas hingga tenggelam. "Akibat hempasan air yang sangat keras seperti tsunami tersebut, saya dan empat orang teman saya langsung terhempas jauh dan saya berguling-guling seperti digulung air," katanya. Sementara kakak korban Ade, Ece Rustandi (29) meminta kepada PT Hasta Pasir untuk memberikan biaya ganti rugi kepada keluarga korban, pasalnya istri dan anaknya Ade membutuhkan biaya untuk melangsungkan kehidupannya sehari-hari. "Saya ingin pertambangan pasir itu ditutup saja, pasalnya tidak ada manfaatnya bagi warga sekitar," katanya. Dikatakannya, Ade yang bekerja selama empat tahun bekerja itu tidak memiliki gaji yang sesuai dengan pekerjaannya. Apalagi, pekerjaan yang dilakukan oleh Ade sangat membayakan dirinya, sementara gajinya cuma sekira Rp200 ribu per bulan.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007