Jakarta (ANTARA News) - Perum Bulog jangan hanya menjadi pedagang biasa dan harus kembali ke fungsinya semula sebagai "agent of development" (agen pembangunan) dalam menghadapi masalah perberasan di Indonesia. "(Bulog) jangan diperlakukan sebagai bisnis biasa," kata Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Dr Iwantono Sutrisno, di Jakarta, akhir pekan. Iwan yang juga Presiden Koperasi Petani Asia mengatakan seharusnya Bulog boleh rugi, dan jika rugi maka pemerintah harus menanggungnya. Oleh sebab itu, katanya, jika saat ini harga beras tinggi maka Bulog tidak bisa dibilang gagal, karena Bulog hanya menjalankan fungsinya (mencari untung). "Bulog tentu tidak mau rugi karena juga meminjam uang untuk usahanya," kata Iwan. Ia mengatakan dahulu Bulog boleh rugi. Saat panen raya dan harga beras di bawah harga dasar, Bulog membeli beras agar harga terangkat dan petani tertolong. Namun saat panceklik dan harga tinggi, Bulog memasok beras ke pasar agar harga terjangjau oleh konsumen. Untuk itu, katanya lagi, Bulog agar kembali ke fungsinya semula sebagai "agent of development" agar ada yang mengurusi rakyat. Ia mengemukakan jika Bulog melakukan perhitungan bisnis maka lembaga itu akan membeli beras semurah-murahnya dan menjual semahal-mahalnya. Ia juga mengingatkan agar Bulog mempunyai cadangan yang cukup untuk mengamankan pasokan dan harga beras. Selain itu, ia juga menyarankan agar di tingkat masyarakat ada cadangan pangan seperti lumbung desa. "Paling tidak, kalau panen tida dikonsumsi semua," katanya. Saat ini, katanya, petani menjual seluruh produksinya saat panen. Namun sebulan kemudian dia membeli lagi untuk konsumsi. "Itu mesti dikembalikan pada metode masa lalu, masyarakat menyediakan stok bagi dirinya sendiri," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007