Jenewa (ANTRA News) - Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB Urusan Yaman Ismail Ould Cheikh Ahmed pada Selasa mengumumkan di Markas Besar PBB, New York, dimulainya penghentian permusuhan di Yaman.

Ia mengatakan itu adalah langkah penting ke arah pembangunan perdamaian yang abadi di negeri tersebut.

Sementara itu, pembicaraan perdamaian yang ditaja PBB dan dihadiri oleh semua pihak utama dalam konflik Yaman diluncurkan di Swiss, dalam upaya mencari gencatan senjata permanen dan melicinkan jalan bagi peralihan politik yang aman dan teratur.

Utusan Khusus PBB tersebut telah memutuskan tempat pertemuan takkan diumumkan, untuk "memberi pembicaraan itu semua kesempatan keberhasilan".

Pembicaraan tersebut dijadwalkan berlangsung selama satu pekan, tapi kerangka waktu itu tetap luwes, demikian siaran pers dari Kantor Utusan Khusus PBB tersebut, sebagaimana diberitakan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa malam.

Sejak Maret tahun ini, lebih dari 6.000 orang dilaporkan telah tewas di Yaman dalam pertempuran darat dan serangan udara, separuh dari mereka adalah warga sipil.

Konsultasi yang diperantarai oleh PBB di Jenewa dengan tujuan menemukan penyelesaian yang langgeng di Yaman, yang dicabik pertempuran dimulai pada Selasa.

Dengan difasilitasi oleh Utusan Khusus Sekretaris Jenderal, konsultasi tersebut melibatkan 14 penasehat dan wakil Yaman dalam perundingan bagi gencatan senjata yang menyeluruh dan permanen, dan peningkatan situasi kemanusiaan serta kembali ke peralihan politik yang damai dan tertib.

"Dihentikannya permusuhan, yang diserukan hari ini, mesti menandai berakhirnya kerusuhan militer di Yaman dan peralihan ke kemajuan dengan dasar perundingan, dialog dan konsensus," kata Ismail Ould Cheikh Ahmed di dalam satu pernyataan.

"Mewujudkan perdamaian adalah keperluan mendasar untuk membangun kembali Yaman, memperbaiki prasarana dasar, menangani akibat dari perang, menyediakan lingkungan yang diperlukan bagi normalisasi kehidupan di semua gubernuran dan melanjutkan kegiatan ekonomi," ia menambahkan.

Utusan tersebut, yang menghadapi krisis kemanusiaan yang memburuk dan setelah konsultasi terdahulu yang berpusat di Jenewa tapi gagal mencapai kesepakatan pada Juni tahun ini, pekan lalu mendesak semua pihak agar mencari "penyelesaian politik yang bertahan lama buat Yaman, yang akan memenuhi aspirasi sah rakyat Yaman buat perdamaian, kestabilan dan kemakmuran".

Berbagai lembaga PBB memperkirakan 82 persen penduduk Yaman saat ini memerlukan suatu bentuk bantuan kemanusiaan.

(Uu.C003)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015