Washington D.C. (ANTARA News) - Duta Besar Indonesia untuk AS, Sudjadnan Parnohadiningrat, pada Sabtu malam menjadi "barang" lelangan, yang akhirnya laku dijual dengan harga 5.000 dolar AS (sekitar Rp45,2 juta). Pelelangan berlangsung dalam acara mengenang korban bencana alam terutama tsunami, yang diselenggarakan di Ball Room Hotel JW Marriott-Washington oleh Asia Relief -- LSM yang bergerak di bidang kemanusiaan yang bermarkas di Negara Bagian aryland -- dengan dukungan KBRI Washington. Dubes Sudjadnan dilelang bersama-sama dengan Dubes Pakistan untuk AS kepada ratusan hadirin di JW Marriott untuk paket acara "Makan Malam Bersama Duta Besar". Pembawa acara lelang, Rashid Chotani dari Asia Relief, mengumumkan bahwa kedua duta besar itu bersedia makan malam dengan pemenang `tender`. "Ayo...ayo... pemenang boleh mengajak sembilan rekannya untuk ikut makan malam bersama duta besar, jadi total 10 orang," kata Rashid bercuap-cuap. Rashid membuka lelang dengan nilai 2.000 dolar untuk `dinner` dengan masing-masing dubes, namun Sudjadnan yang duduk di meja depan sempat berkata kepada sang pemandu lelang: "Don`t go too high" (Jangan terlalu mahal). Tidak perduli dengan permintaan `Don`t go too high` itu, Rashid malah menantang hadirin mengambil paket 2.000 dolar untuk makan malam dengan seorang duta besar. Salah seorang pengunjung mengacungkan tangan untuk membeli kedua paket tersebut dengan harga masing-masing 2.000 dolar. Namun pengunjung lain di bagian belakang, menyebut angka 3.000 dolar untuk makan malam bersama Dubes Pakistan. Seorang pengunjung di sayap kiri tak mau kalah, mengacungkan tangannya tinggi-tinggi sambil mengatakan, " 5000 dolar untuk dua-duanya". Paket `dinner` akhirnya dimenangi pengunjung yang disebut-sebut adalah seorang dokter Amerika keturunan Pakistan. Uang sebesar 10.000 dolar dari hasil lelang "Makan Malam Bersama Duta Besar" itu akan disumbangkan bagi para korban bencana melalui Asia Relief. Sudjadnan ketika ditanya ANTARA mengaku senang dapat menyumbang dalam penggalangan dana dan menyatakan siap menerima tamu-tamunya di kediaman resminya di Tilden Street, Washington DC. "Saya katakan kepada mereka, saya siap menerima lebih dari 10 orang, mungkin sekitar 14 orang, nanti sekitar pertengahan Maret. Ini kesempatan bagus juga untuk lebih memperkenalkan Indonesia dan perkembangan terakhir di negara kita," katanya. Yang pasti tak akan luput juga, tambahnya, adalah memperkenalkan masakan Indonesia. "Nanti tergantung Ibu (isteri Dubes Sudjadnan). Tapi biasanya ada rendang, soto, tahu, tempe," kata Sudjadnan tentang masakan apa yang akan disajikan. Pengumpulan Dana Pada malam itu, pengumpulan dana juga dilakukan Asia Relief dengan melelang sejumlah lukisan dan foto berbingkai, yang seluruhnya merupakan karya-karya pelukis dan fotografer dari Indonesia. Beberapa foto terjual dengan harga masing-masing 200 dolar AS, yaitu "Bali Dancer" hasil jepretan Arbain Rambey, "Yogya Soldier" dan "Borbudur In The Morning" oleh Susilo Waluyo dan "Mina" karya Andi Lubis. Dua foto, yaitu "Three Javanese Children" karya Susilo Waluyo dan "Masjid Baiturrahman" hasil jepretan Andi Lubis, berhasil dilelang dengan harga ribuan dolar, yaitu 1.500 dolar untuk "Three Javanese Children" dan 5.000 dolar untuk "Masjid Baiturrahman". Keseluruhan pemenang lelang tidak bersedia mengungkapkan jati dirinya, namun pembeli "Masjid Baiturrahman", yaitu seorang perempuan berwajah Asia Timur, mengatakan dirinya ingin membantu anak-anak yang terkena dampak bencana. "Saya ingin mimpi-mimpi mereka terwujud," katanya ketika ditanya alasan membeli "Masjid Baiturrahman". Acara "An Evening of Remembrance" di JW Marriott itu dihadiri oleh berbagai kalangan, seperti masyarakat internasional, pemerintahan AS, dan diplomat asing. Acara juga menyuguhkan makanan dan pertunjukan kebudayaan dari negara-negara yang terkena dampak bencana alam dan tsunami seperti Indonesia, Pakistan dan Sri Lanka. Indonesia dalam acara tersebut menyajikan permainan kolintang oleh KBRI Washington yang antara lain memainkan lagu "Bungong Jeumpa", "Bubuy Bulan" dan "Stand By Me". Dalam pidatonya, Dubes Sudjadnan menerangkan bahwa setelah dua tahun sejak terjadinya tsunami 26 Desember 2004 , Indonesia telah membangun 700 dari 1.200 bangunan sekolah yang diperlukan: 137 dari 400 rumah sakit dan fasilitas kesehatan yang diharapkan; 78.000 dari 128.000 unit rumah yang direncanakan dan 30 prosen dari 1.300 kilometer jalan rusak yang perlu perbaikan dan pembangunan kembali. Sudjadnan mengungkapkan masih banyaknya pekerjaan rumah yang harus dikerjakan Indonesia setelah tercapainya kesepakatan damai antara pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka pasca penandatangan MoU Helsinki pada 15 Agustus 2005. (*)

Copyright © ANTARA 2007