Jakarta (ANTARA News) - Budayawan Indonesia Franz Magnis Suseno atau akrab disapa Romo Magnis mengatakan penggunaan bahasa Indonesia jangan sampai luntur karena kemampuan bahasa Inggris yang semakin meningkat di kalangan masyarakat.

"Bisa bahasa inggris sebagai bahasa asing itu baik, tetapi sebelumnya harus tahu bahasa sendiri, Jangan sampai bahasa Inggris menggantikan bahasa Indonesia. Jadi seakan-akan maju lebih cepat tapi kehilangan hatinya," kata Romo Magnis, di Jakarta, Kamis.

Menurut Romo Magnis, di dalam bahasa Indonesia ada sejarah kebangsaan yang tidak bisa digantikan oleh bahasa Inggris sekalipun.

"Bahasa Inggris tidak mungkin menyentuh hati orang kita, tetapi hanya otak. Karena bahasa Indonesia itu budaya. Bahasa Indonesia adalah bahasa hati karena pengalaman sejarah kebangsaan ada di situ. Bahasa Inggris memang penting karena sebagai bahasa asing yang pertama. Belajar lah bahasa Inggris tetapi bukan sebagai ganti bahasa Indonesia," jelas Direktur Program Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara itu.

Ia menyayangkan kemampuan bahasa Indonesia yang menurun terutama dikalangan generasi muda saat ini. Romo Magnis menilai bahwa hal tersebut terjadi karena rasa minder yang tidak sehat dari kebanyakan orang Indonesia untuk menggunakan bahasanya sendiri, berbeda dengan negara seperti Jepang, Jerman, Prancis, Spanyol, atau Portugal yang menurutnya sangat percaya diri dengan bahasa mereka sendiri.

"Bagi saya mengherankan orang Indonesia pakai bahasa Inggris di rumah. Kemampuan bahasa Inggris cukup dipelajari sebaik mungkin sebagai bahasa asing," ujar Romo Magnis yang belajar bahasa Indonesia sejak tahun 1962 itu.

Lebih lanjut, ia mengatakan pelajaran bahasa Indonesia harus dikemas dengan menarik agar dapat diterima dengan baik oleh siswa sejak dini serta menumbuhkan kepercayaan diri mereka terhadap bahasa Indonesia.

"Mungkin pelajaran bahasa Indonesia di sekolah kita masih buruk. Dulu waktu saya SMP dan SMA belajar bahasa Jerman, itu pelajaran yang mengasyikan. Kami belajar sastra Jerman, baik sastra tulisan, puisi, dan sebagainya. Indonesia punya sastra yang bagus yang panatas dibaca yang bisa diberikan ke pelajaran bahasa Indonesia," tutur Pastor asal Jerman yang telah berkewarganegaraan Indonesia itu.

Sementara itu, Pakar Bahasa Indonesia Mahsun mengatakan bahwa bahasa Indonesia bukan sekedar sarana komunikasi melainkan jati diri bangsa.

"Indonesia memiliki 659 bahasa lokal. Bahasa Indonesia ini merupakan benang pengikat yang dapat mempersatukan bangsa," ujar Guru Besar Tetap bidang Linguistik Universitas Mataram itu.

Menurutnya, serangan bahasa Inggris yang hebat saat ini harus diseimbangkan dengan kebanggaan berbahasa Indonesia.

"Ini harus didukung oleh pemimpin nasional dengan kebijakan yang mengarah untuk mendukung bahasa Indonesia. Kita sedang mengalami penggerusan identitas. Ini sangat bahaya bagi bangsa indonesia," ujar Mahsun.


Pewarta: Monalisa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015