Jakarta (ANTARA News) - Setya Novanto sudah mundur dari posisinya sebagai ketua DPR. Apakah kasus rekaman percakapan PT Freeport Indonesia antara Novanto, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Maroef Sjamsoeddin, dan pengusaha Riza Chalid, lalu berhenti? 

Ada banyak hal yang diobrolkan dalam rekaman satu jam dan 27 menit itu, yang masih harus diungkap tuntas. 

Peneliti Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS), Ari Nurcahyo, di Jakarta, Jumat, mengingatkan publik tidak melupakan Chalid. Disebut-sebut pengusaha "yang jaringannya luas dan temannya banyak" ini telah lebih dari sepekan minggat ke luar negeri. Berbagai spekulasi berkembang dari kenyataan itu.

Pada masa pemerintahan Susilo Yudhoyono, bekas Bendahara Umum DPP Partai Demokrat, Nazaruddin, yang jadi tersangka kasus Hambalang sekaligus penguak kasus itu, bisa ditangkap di Kolombia dan dibawa pulang. 

"Mundurnya Setya Novanto khan atas desakan publik tetapi publik juga jangan lupa pemain besarnya yang mungkin salah satunya Riza Chalid. Bahkan MKD pun tidak mampu mendatangkannya," kata Nurcahyo.

Menurut dia, bisnis PT Freepot Indonesia sangat besar dan di belakangnya kemungkinan ada pemain-pemain besar. PT Freeport Indonesia merupakan anak perusahaan Freeport McMoran Copper and Mining, yang berkantor pusat di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat. 

"Banyak pemain-pemain besar dalam politik papa minta saham. Riza mungkin dihubung-hubungkan dengan mafia. Mafia itu bukan hanya satu aktor saja tetapi banyak aktor-aktor lainnya karena mereka melakukan persekongkolan," katanya.

Masih cukup banyak kasus yang belum diungkap tuntas, di antaranya terpidana Edy Tanzil yang kabur dari sel penjara, kasus Bank Bali, dan lain-lain. 

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015