Medan (ANTARA News) - Pasca kolonialisme, bangsa Indonesia kesulitan membentuk dan membangun sebuah negara yang bebas dari ancaman-ancaman disintergrasi, demikian pula tentang membangun tradisi demokrasi, supremasi hukum, hubungan masyarakat sipil, modernisasi maupun hubungan antara negara.

"Ternyata bangsa Indonesia adalah bangsa yang relatif sulit untuk menemukan identitas negaranya, yang hingga kini masih mengalami pasang surut. Bangsa ini ternyata begitu mudah mengalami goncangan yang bersifat ekonomi, sosial, budaya, politik maupun suku dan agama,"kata Kepala Pusat Studi Sejaran dan Ilmu-Ilmu Sosial Lembaga Penelitian (Pussis) Universitas Negeri Medan (Unimed), Ichwan Azhari, di Medan, Selasa.

Menurut dia kondisi tersebut tidak memiliki hubungan sama sekali dengan lamanya bangsa Indonesia dijajah. Semua itu justru tergantung kepada keseriusan pemerintah untuk membangun paham kebangsaan Indonesia terhadap rakyatnya.

Oleh karena itu, hal utama dan penting dilakukan adalah pelurusan sejarah Indonesia. Pentingnya pelurusan sejarah tersebut tidak lain adalah karena adanya kebohongan sejarah yang diajarkan selama ini di dunia pendidikan.

"Akibatnya berdampak pada lemahnya kesadaran dan kesetiakawanan warga negara dalam memandang negaranya sendiri terutama soal pemahaman kebangsaan,"katanya.

Untuk itulah kata dia, Unimed berkejasama dengan USU dan ENCOMPASS (Encountering a Common Past in Asia), mengelar konferensi internasional di Medan dengan harapan dapat menyumbangkan pemikiran tentang ke-Indonesia-an masa kini terutama menyangkut masa pasca kolonialisme di Indonesia.

Konferensi internasional tersebut diikuti lebih dari 20 universitas baik dalam negeri maupun luar negeri. Beberapa diantaranya adalah Leiden University, Utrecht University, Cornel University, Cambridge University, Brisbane University, University of Provence, Universitas Indonesia, USU, Unimed, Undip dan UGM.

"Adapun tema-tema yang disampaikan selama konfrensi yang digelar selama tiga hari yakni 6-9 Januari 2009 tersebut, terfokus pada pemahaman tentang ke Indonesiaan, yang sekaligus bertujuan untuk memperoleh bandingan dengan negara-negara lain di Asia pasca kolonialisme," katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009