Jakarta (ANTARA News) - Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Angkatan Bersenjata Inggris sepakat untuk memulihkan kerja sama militer kedua negara, menyusul kebijakan Amerika Serikat (AS) yang mencabut embargo militernya terhadap Indonesia pada November 2005. "Kami bertemu untuk `merekonstruksi` kembali kerja sama militer yang sempat mengalami pasang surut, bersamaan dengan pemberlakuan embargo militer AS terhadap Indonesia," kata Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto di Jakarta, Selasa malam. Ditemui usai mengikuti rapat koordinasi terbatas bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Polhukam) ia mengatakan, normalisasi hubungan militer kedua negara itu juga berkenaan dengan hasil kunjungan Perdana Menteri Inggris Tony Blair akhir tahun silam ke Indonesia. Djoko menegaskan, dalam pertemuannya dengan Panglima Angkatan Bersenjata Inggris, dibahas tentang peningkatan kerja sama kedua pihak terutama dalam hal pendidikan dan latihan. "Kami bahas bagaimana agar pertukaran perwira pendidikan-pendidikan kecabangan, bisa ditingkatkan setelah selama hampir 10 tahun mengalami pasang surut karena kebijakan embargo," kata Panglima TNI. Tentang pembelian alat utama sistem senjata, Djoko menegaskan, tidak ada pembicaraan tentang itu. Pertemuan difokuskan pada normalisasi hubungan militer kedua negara. Pada 31 Januari 2007 delegasi Pemerintah Inggris dan Pemerintah Indonesia mengadakan pertemuan Forum Kemitraan di Lancaster House, London. Pertemuan dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Inggris Margaret Beckett dan Menteri Luar Negeri Indonesia Hassan Wirajuda. Pertemuan bertujuan meresmikan Forum Kemitraan Inggris-Indonesia (the UK-Indonesia Partnership Forum) yang disepakati oleh Perdana Menteri Tony Blair dan Presiden Yudhoyono pada Maret 2006. Forum dibentuk untuk mendorong dialog strategis tentang isu-isu bilateral, multilateral dan global untuk meningkatkan kerjasama bilateral. Forum merupakan bukti semakin kuatnya kemitraan antara Inggris dan Indonesia dalam membangun pendekatan yang efektif dan terkoordinasi menghadapi berbagai tantangan bersama.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007