Jakarta (ANTARA News) - Kamis ini, merupakan aksi Kamisan ke-425 kalinya. Sekalipun sempat mendapatkan pengusiran dari aparat kepolisian, aksi akhirnya tetap dilakukan di tempat biasanya, sekitar 100 meter dari Istana Negara.

Tak berbeda dengan sebelumnya, para aktivis HAM yang tergabung dalam Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan (JSKK), bersama para keluarga korban pelanggaran HAM dan sejumlah mahasiswa menggelar aksi diam di depan Istana Negara.

Sembari mengenakan payung hitam, mereka masih meminta Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla menyelesaikan kasus pelanggaran HAM pada kasus Trisaksti - Semanggi I,II, Kerusuhan Mei 1998, penghilangan orang secara paksa, Talangsari, penembakan misterius 1965/1966 dan Wasior-Wamenna.

Kemudian, menghapuskan impunitas -- kebijakan membiarkan atau melindungi pelaku kejahatan dari tanggung jawab dan sanksi kejahatan yang telah dilakukannya.

"Hidup korban, jangan diam, Presiden Jokowi, hapus Impunitas," ujar mereka.

Mereka juga meminta agar tempat aksi Kamisan tidak digeser ke lokasi tersembunyi di belakang atau seberang taman, karena ingin tetap menggunakan lokasi yang sudah sejak 9 tahun lalu digunakan.

Seperti biasanya, Sumarsih, ibunda Benardinus Realino Norma Irawan (Wawan), mahasiswa Universitas Katolik Atma Jaya yang meninggal saat peristiwa Semanggi pada 1998, ikut serta dalam aksi ini.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016