Makassar (ANTARA News) - Naiknya harga beras di pasaran umum dari rata-rata Rp4.200 menjadi Rp4.900 sampai Rp5.100 per kilogram antara lain disebabkan ulah para spekulan beras yang diduga sengaja menimbun stok untuk dijual ke luar Sulsel. "Perbuatan spekulan maupun `tengkulak-tengkulak` ini merupakan tindakan tak terpuji sebab telah merugikan warga yang kurang mampu," kata Humas Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sulsel, Ir Andi Fattah Wahid di Makassar, Kamis. Akibatnya, beras murah sulit diperoleh di pasaran sehingga pemerintah harus melakukan operasi pasar beras guna mengatasi kelangkaan beras dan menurunkan harga jual yang semakin mencekik leher warga tidak mampu. Menurut Fattah, dari 2,5 juta ton produksi beras Sulsel per tahun, hampir 20 persen dijual atau diantarpulaukan ke sejumlah provinsi di Kawasan Timur Indonesia (KTI) terutama ke Kalimantan. Ini berarti masih cukup banyak stok beras di provinsi penghasil beras terbesar di luar Jawa ini, tetapi karena adanya spekulan yang memanfaatkan kondisi sekarang, menyebabkan ada kelangkaan stok di masyarakat. Guna mengatasi kelangkaan itu, pemerintah melakukan operasi pasar beras secara menyeluruh termasuk di Sulsel dengan harga Rp3.700 namun OP kurang efektif karena diciderai ulah oknum-oknum yang sengaja menimbun beras dan menjualnya ke luar provinsi Sulsel dalam jumlah yang lebih banyak. (*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007