...ada warga Garut yang dikabarkan hilang diduga karena ikut ini (Gafatar)"
Bandung (ANTARA News) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Barat menyatakan ada indikasi organisasi masyarakat Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) merupakan reinkarnasi dari aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah pimpinan Ahmad Musadeq.

"Jadi dua tahun lalu ketika Gafatar muncul, kami melakukan pengamatan dan sudah disampaikan ke pemerintah supaya dipantau. Kenapa karena dari awal kami mencium sepertinya Gafatar itu reinkarnasi dari aliran Al-Qiyadah Al Islamiyah," kata Sekretaris Umum MUI Provinsi Jawa Barat Rafani Achyar, di Bandung, Rabu.

Ia mengatakan diawal kemunculannya dua tahun lalu Gafatar hadir sebagai organisasi sosial yang mengusung kegiatan-kegiatan sosial seperti pembinaan petani, pengobatan gratis dan pembagian sembako.

"Seperti di Subang itu mereka membina petani, memang benar-benar dibina karena ada yang ahli pertanian, kabarnya juga warga dibantu pupuk, bibit, dari sisi pelaksanaan harus demikian," kata Rafani.

Pembinaan terhadap masyarakat oleh Gafatar tersebut, menurut dia, berjalan dengan sangat baik sehingga mereka bisa dengan mudah menoktrin masyarakat.

"Jadi lama kelamaan masyarakat yang jadi binaan mereka seperti hari ini dibagi sembako, otomatis masyarakat berinteraksi terus, selama itu pula masyarakat didoktrin akhirnya meledak sekarang. Banyak laporan," ujarnya.

Oleh karena itu, ia meminta kepada kepolisian untuk segera membongkar dan menuntaskan kasus Gafatar terutama di wilayah Provinsi Jawa Barat.

"Menurut saya ini kesempatan aparat untuk membongkar, Untuk aparat ini momentum ada untuk membongkar, kalau memang sama seperti dokumen Al-Qiyadah Al-Islamiyah kan gampang tangkap tokohnya, organisasi dibubarkan, dan jamaah dibina lagi. Kami dari MUI siap (membina)," katanya.

Ia menambahkan, hari ini MUI Jawa Barat juga diundang oleh Polda Jawa Barat untuk menghadiri rapat koordinasi terkait fenomena Gafatar. "Dan laporan terbaru, ada warga Garut yang dikabarkan hilang diduga karena ikut ini (Gafatar)," ujar dia.

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016