Jakarta (ANTARA News) - Jakarta kembali diguncang bom, yang diklasifikasi polisi sebagai bentuk teror. Dari serangan dan bom di sekitar Gedung Sarinah —pusat perbelanjaan pertama Indonesia yang diresmikan Presiden Soekarno—di ujung perempatan Jalan MH Thamrin-Jalan Kebon Kacang-Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis itu, tujuh orang diketahui tewas.

Ada yang cukup unik dan berbeda dalam teror bom kali ini. Kawanan pelaku masih berada di sekitar lokasi dan bahkan berani menyatakan diri secara terang-terangan kepada publik dan terlibat saling tembak dengan polisi yang mengejar mereka.

Mereka adu tembak dengan polisi laiknya film-film aksi Hollywood. Akhir adegan, mereka bisa digulung polisi. Dan semua adegan itu ditonton masyarakat umum persis hanya dari seberang jalan tanpa penghalang apa pun.

Dari kawasan Jalan Thamrin itu, banyak yang terhenyak dan miris. Serangan terjadi hanya dua hari setelah bom bunuh diri meledak dan menewaskan 10 warga negara Jerman, di kawasan utama pariwisata Turki, yaitu Sultanahmed, di Istanbul.

Dari sisi domestik Indonesia, bom ini juga terjadi hanya beberapa hari setelah wacana penolakan kelompok Gafatar mengemuka di mana-mana.

Satu rekaman video amatir yang diudarakan salah satu televisi swasta nasional menggambarkan detik-detik ledakan yang dinyatakan terjadi pertama kali pada pukul 10.40 WIB Kamis itu.

Ledakan pertama terjadi disusul ledakan kedua, dan tidak menghancurkan mobil-mobil yang diparkir mengapit titik ledakan, di depan gerai Starbucks, di Gedung Sarinah itu.

Bahkan satu layar besar reklame bergerak masih tetap bisa beroperasi secara normal. Jika ledakannya sekelas serangan di Hotel JW Marriott, Jakarta Pusat, pada Juli 2009, pastilah kehancurannya lebih fatal lagi.

Walau demikian, teror tetap saja teror.

Di Indonesia, peredaran bahan peledak, senjata api, amunisi, dan lain sebagainya diatur sangat keras dengan hukuman maksimal dipidana mati bagi pihak yang tidak memiliki otoritas tentang material-material ini (UU Darurat Nomor 12/1951).

Berikut adalah tipe dan jenis bahan peledak yang umum dipakai teroris, sebagaimana diungkap Pusat Kontraterorisme Nasional Amerika Serikat. 

1. Triaseton triperoksida alias TATP. Badan nasional Amerika Serikat menyatakan bahan peledak ini tidak sulit dibuat, berkarakteristik peka terhadap panas, gesekan-tekanan, dan guncangan.

2. Amonium nitrat-bahan bakar organik alias ANFO. Dikenal sebagai bahan peledak sekunder dan malah tersier namun bisa juga menjadi yang primer. ANFO sangat lumrah dijumpai.

3. Trinitrotoluen, yang ngetop dengan singkatan TNT. Jamak dipakai kalangan militer dan sipil —semisal meledakkan bukit untuk membangun waduk atau di pertambangan— dan karakternya tidak peka terhadap guncangan, gesekan, dan tekanan. Untuk meledakkan, diperlukan detonator yang dirakit terpisah, sehingga dia cukup aman untuk dibawa-bawa sepanjang tidak dihubungkan dengan detonator.

4. Heksamethilen triperoksida diamina alias HMDT. Di kalangan yang akrab dengan bahan peledak dan penggagalan bahan peledak, HMDT ada posisi lebih maju ketimbang ANFO dan TATP. HMDT korosif terhadap logam dan sangat sensitif pada panas, gesekan, dan tekanan.

5. Nitrat urea merupakan peledak kelas berdaya ledak rendah dan sering dipakai kalangan hitam sebagai peledak sekunder atau tersier. Walau berdaya ledak rendah, namun dia tetap mematikan.

6. Siklotrimethilena trinitramina yang dibuat dengan memodifikasi peledak yang akrab dipakai milliter, RDX dan C4. Bahan peledak yang satu ini sering muncul dalam film-film laga Hollywood. Bentuknya kebanyakan batangan dan tidak akan meledak tanpa koneksi dan picu dari detonator.

Oleh Ade P Marboen
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016