Jakarta (ANTARA News) - Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (Menegpora) di Jakarta, Jumat, berjanji akan menyelidiki penyebab kematian mantan petinju nasional Rachman Kili-Kili yang secara tragis mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Rachman Kili-Kili, mantan petinju profesional yang pernah mengharumkan nama bangsa melalui berbagai event internasional dan merupakan salah satu petinju terbaik nasional, secara tragis mengakhiri hidupnya dengan gantung diri di rumah kakaknya Usman di Palembang, Kamis (22/2). "Belum tentu penyebab kematian petinju Rachman Kili Kili karena frustasi. Kita akan selidiki penyebab sebenarnya karena ia introvert dan ada masalah keluarga yang membuatnya labil," kata Adhyaksa saat menghadiri Musyawarah Olahraga Nasional (Musornas) KONI Pusat di Gedung Serba Guna Gelora Senayan Jakarta. Sebagai bentuk rasa simpati, Menegpora akan memberikan tunjangan kapada keluarga Rachman, namun belum djelaskan bentuknya. Adhyaksa mengakui bahwa banyak atlet yang belum mendapatkan kesejahteraan yang layak dan pemerintah akan berusaha terus meningkatkan kesejahteraan mereka, antara lain melalui pendidikan sebagai bekal jika setelah atlet tersebut memasuki masa pensiun. "Yang penting adalah kesejahteraan karena berbanding lurus dengan prestasi," katanya. Sebagai dampak dari tragedi yang dialami Rachman tersebut, Menegpora siap menjalin kerjasama dengan Universitas Indonesia untuk membantu membangun sistem pemantauan atlet yang tidak hanya untuk masalah fisik, tapi juga masalah mental. Sebelumnya, ketua Ikatan Atlet Nasional Indonesia (IANI) Icuk Sugiarto mengatakan bahwa Rachman nekad bunuh diri karena stress tidak kunjung dapat pekerjaan. Peristiwa yang menimpa Rachman menurut Icuk harus mendapat perhatian para peserta Musornas dan mereka harus menyadari bahwa kurangnya perhatian terhadap mantan atlet seperti Rachman merupakan salah satu faktor penyebab. "Cukup ini yang terakhir, jangan ada Rachman Kili-Kili yang lain. Para pengurus KONI Pusat agar jangan hanya berwacana soal kesejahteraan atlet," katanya. Sementara itu pakar t olahraga Tommy Apriantono mengatakan sudah saatnya pembina olahraga, baik itu induk organisasi, KONI maupun pemerintah juga menekankan perhatian kepada pendidikan atlet, tidak hanya sekedar bentuk bonus saat mereka berprestasi. "Yang menjadi masalah mendasar bagi atlet adalah pendidikan, Harus dicarikan sistem bagaimana pendidikan mereka bisa sejalan dan sinergis dengan program latihan," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007