Kami harus meyakinkan siapa pun, agar jangan ragu maupun membatalkan kunjungan ke Maluku Utara ..."
Ternate (ANTARA News) - Kepala Badan Intelijen Daerah Maluku Utara, Laksamana Pertama TNI Eden Gunawan,  menegaskan bahwa pergerakan teroris di daerah kerjanya belum terpantau secara signifikan, seperti daerah lainnya di Indonesia.

"Gerakan teroris di Maluku Utara belum signifikan, kendati dekat dengan Mindanau, Poso dan Ambon. Kondisi ini karena masyarakat Maluku Utara mempunyai sikap yang tinggi untuk memelihara stabilitas keamanan," katanya di Ternate, Sabtu.

Warga Maluku Utara saat ini juga siaga di tengah menyiapkan acara Gerhana Matahari Total (GMT) yang diprakirakan akan mendatangkan wisatawan asing sebanyak 3.000 orang ditambah wisatawan nusantara.

Oleh karena itu, ia mengemukakan, telah berkoordinasi dengan aparat lainnya untuk menjaga keamanan ekstra ketat.

"Jadi, stabilitas keamanan di Maluku Utara harus terpelihara kondusif," ujar Eden.

Dia mengisyaratkan, komite intelijen di Maluku Utara menjadwalkan dalam waktu dekat perlu mengkoordinasikan pengamanan kegiatan GMT.

"Komite intelijen yang terdiri BIN, Korem, polisi, bea cukai dan imigrasi untuk membicarakan keamanan jelang GMT," ujarnya.

Eden mengakui, ada sebagian warga negara asing (WNA) yang membatalkan kedatangannya ke Maluku Utara pasca-insiden ledakan di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis.

Dia merujuk adanya rombongan Kedutaan Besar Amerika Serikat yang membatalkan kunjungan ke Pulau Morotai.

"Kami harus meyakinkan siapa pun, agar jangan ragu maupun membatalkan kunjungan ke Maluku Utara karena stabilitas keamanan terjamin," ujarnya.

Dia mengemukakan, intensif mengawasi pergerakan kelompok radikal yang kemungkinan masuk ke maluku Utara.

"ISIS maupun Gafatar tetap dipantau, sehingga tidak memanfaatkan karakteristik wilayah Maluku Utara berupa kepulauan untuk masuk, baik melalui bandara maupun pelabuhan kecil yang pengoperasiannya tidak resmi," demikian Eden Gunawan.

Pewarta: Abdul Fatah
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016